Sep 9, 2019

Stop Menghujat Mereka yang Punya Masalah Mental!

Hari ini, memutuskan untuk kembali membuka ruangan kosong di blog yang sudah mulai penuh dengan sarang laba-laba ini.

"Lho nas, kok nulis di jam kerja?"

Gue lagi bosen kerja terus! hahaha

Seperti biasa, kalau bosan dengan rutinitas pekerjaan, meskipun pekerjaan itu menulis juga, gue mulai scroll sosial media; twitter tepatnya. Dan secara mengejutkan di post oleh salah satu akun yang punya base followers yang cukup banyak. Gini isinya:

Sebagai pencandu twitter banget, hal yang pertama gue lakukan adalah scroll down tab reply dari akun tersebut. Beberapa pendapat gue setuju, isinya:

"Gangguan jiwa bisa terjadi sekalipun kamu beriman. Jangan pikir karena beriman lalu ga mungkin kena depresi post partum, psikotik, anxiety disorder, OCD dsb Setiap orang punya kerentanan masing masing. Ga usah nuduh iman orang lain kurang hanya karena kerentanannya beda denganmu" Tweet: @jiemiardian (dr. Jiemi Ardian).


Yaa, gue pun sependapat dengan cuitan yang dilontarkan oleh dr. Jiemi tersebut. Kadang memang suka mikir, apasih yang membuat orang itu tega berkata seperti itu? Apa hanya karena kebutuhan konten? Apa hanya karena dia merasa hidupnya lebih bahagia?

Padahal menurut gue, kita gak bisa memprediksi apakah kita akan selamanya bahagia dengan yang kita rasaka saat ini di masa depan. Kita juga gak bisa maksa kita harus seneng terus dari hari ini, besok, dan hari-hari berikutnya. Meskipun memang gue pun selalu punya keinginan untuk terus hidup bahagia dengan yang kita miliki kan? Sama lah.

Lalu, gue mencari tahu sebelum tulisan ini naik (lagi). Gue mencari tahu, apasih itu Post Partum? kaya yang di jabarkan oleh dr.Jiemi tersebut. Setelah gue mencari dari beberapa sumber, Post Partum adalah Depresi yang dirasakan oleh wanita pasca melahirkan. Gejala Post Partum juga gak sembarangan. Gejala dapat berupa insomnia, hilang nafsu makan, mudah marah yang intens, dan kesulitan membangun ikatan dengan bayi. Gejala ini memang tidak semua orang rasakan. Karena memang kebanyakan seorang ibu akan senang melihat buah hatinya hadir di dunia.

Meskipun gue belum berumah tangga dan baru tau soal post partum dan baby blues belakangan ini (baby blues sih udah agak lama), tapi gue tidak pernah mengaitkan antara mental healthy ini dengan kurangnya iman seseorang. Kenapa? mari kita bahas sesuai dengan analisa sotoy gue.

Yang pertama, gejala ini menurut gue adalah salah satu gejala yang tidak bisa dirasakan atau didapatkan oleh setiap orang. Bagi orang yang merasakan, tentu ini menjadi sebuah cobaan yang cukup berat; berat sekali. Bagi yang tidak merasakan gejala ini adalah sebuah kebahagiaan tersendiri. Di era sosial media ini, orang yang selalu terlihat bahagia adalah orang yang ingin selalu menunjukkan kebahagiaannya; agar dunia tahu. Positifnya adalah sang followers jadi tahu bahwa objek tersebut selalu bahagia, alhamdulillah. Iya, jika memang share nya hanya tentang kebahagiaan dirinya dan keluarganya. Berbeda dengan orang yang merasa selalu bahagia di hidupnya, tapi tetap membandingkan dengan orang yang tidak lebih beruntung darinya dengan menghujat bahkan. Motivasinya apa mereka update seperti itu tanpa memikirkan perasaan orang lain tersebut? Silahkan tanyakan pada mereka yang seperti itu, banyak kok diantara kita.

Yang kedua, orang yang sedang mengalami gangguan mental atau depresi (inget, gangguan mental bukan berarti gila lhoo ya!). Beberapa manusia paling bahagia menganggap bahwa orang yang sedang depresi atau gangguan mental adalah orang gila. Jangan salah, mereka yang depresi itu masih bisa diajak komunikasi dengan baik kok.Terus juga mereka masih ingat kok siapa yang ada di sekitarnya. Atau juga, mereka yang depresi itu juga tidak melulu tidak beriman lhoo. 

Pengaitan antara keimanan seseorang dengan gangguan mental adalah salah satu pendapat yang salah besar menurut gue. Memang, pada masa-masa saat ini entah kenapa orang yang (merasa) agamis cenderung melakukan labelling Tak Beriman pada mereka yang tak sesuai jalur apa yang agamanya ajarkan. Padahal, ya bukan kaya gitu konsepnya! Mbok udah gitu lhoo kalau merasa agamanya bagus yaa jangan menghina orang yang agamanya belum sebaik kamu. Duh, malah nyinyir gue.

Yang ketiga, ini yang paling menurut gue dan juga habis sharing sama temen, kita sepakat kalau orang yang sedang mengalami depresi atau gangguan mentalnya itu hanya butuh didengarkan dan dirangkul bukan malah dihujat ataupun melakukan yang kurang tepat seperti gambar diatas. Biarkanlah mereka yang sedang mengalami masalah itu kita dengarkan. Perihal menghilangkan nyawa anaknya sendiri, negara ini punya pihak yang mengurusinya. Jangan jadi manusia yang suka menjadi polisi moral bagi manusia lainnya yang tidak seperti kita. Siapa tau, mereka butuh bantuan kita. Yuk, rangkul dan dengarkan orang di sekitar kamu. Berikan mereka tempat untuk bercerita, dengerin aja deh kalau gak bisa ngasih masukan lebih. Biar gak terulang lagi kasus-kasus seperti ini di kemudian hari.

Nov 23, 2018

Kenapa Tak Kau Ajarkan?

Kamu itu pemarah!!!

Kamu itu orangnya emosian!!
Kamu kasar!!

Ayah, tahukah engkau, beberapa manusia di bumi ini bilang kalau aku orangnya seperti yang aku tulis di awal blog ini. Benarkah aku seperti itu sampai semesta yang diwakili manusia banak berkata seperti itu? dan Kenapa kau tak ajarkan aku untuk tidak menjadi manusia yang seperti itu ayah?

Siang ini, aku duduk manis di sebuah surau menantikan Khutbah Jumat di mulai. Sebelumnya, aku tak akan pernah tahu apa tema khutbah yang akan dibawakan oleh khatib. Apakah tentang keimanan seseorang, apakah tentang agama seseorang, atau bahkan tentang peringatan lahirnya Nabi Muhammad SAW, karena bertepatan dengan bulanNya. 

Ternyata tema Khutbah pada hari ini tentang "Ayah." Tentang bagaimana kita menghormati ayah, tentang bagaimana seharusnya ayah memberikan sentuhan kepada anaknya terutama anak laki-lakinya.

Mendengarkan tema ini karena menurut saya ini menarik. Hampir 20 tahun aku lupa rasanya dipeluk ayah, hampir lupa rasanya ayah memberikan nasihat terbaik yang tidak disertai amarah, hampir lupa rasanya di bimbing oleh ayah. Dan yang paling aku rindukan adalah aku lupa rasanya diajarkan membaca al-qur'an yang baik oleh ayah.

Benar kata Khotib, sebagai anak seharusnya kita terus di bimbing oleh ayah kita dengan porsi yang lebih banyak dari bimbingan seorang ibu. Setiap anak laki-laki perlu sentuhan maskulinitas dari seorang ayah. Tentang bagaimana menghadapi kerasnya dunia, tentang bagaimana harus bangkit jika sedang terpuruk, tentang bagaimana menjadi seorang lelaki yang bisa menghargai orang lain terutama wanita tanpa harus menyakitinya. Tapi, aku tak pernah dapatkan itu ayah.....

Tulisan ini menjadi wakil, wakil saat aku sedang jatuh dari dunia, wakil saat aku tak mampu bangkit dari dunia, wakli saat ibu tak bisa menuntun untuk tetap berdiri, bahkan wakil saat semesta menyakitiku. Aku tau ayah saat ini sedang sibuk dengan keluarga barunya. Apalagi, ayah sedang bahagia karena memiliki anak kecil nan cantik dari istri yang sekarang. Aku pun turut berbahagia ayah. Ayah seharusnya tidak lupa, ayah punya dua anak laki-laki yang saat ini sedang mencoba tumbuh. Ayah lupa? dari dulu, aku tidak pernah di dampingi ayah saat melangkah. Ayah selalu melepaskanku setelah ayah memberikan perintah-perintah. 

Ayah, manusia lain tidak pernah mau peduli dengan sikap aku sekarang. Yang mereka tahu, aku ini orang yang pemarah, yang mereka tahu aku ini orang yang penuh emosi. Dibandingkan pula aku ini dengan manusia lainnya, ayah. Aku iri, iri dengan mereka yang bisa sampai sebesar ini didampingi oleh ayahnya, didampingi untuk menjadi seorang lelaki yang kuat, lelaki yang tidak menjadi lelaki pemarah, lelaki yang bisa bangkit sendirian dari keterpurukannya.

Sudahlah, nasi sudah menjadi bubur. Aku terlanjur di didik oleh kerasnya dunia, makanya aku ini menjadi pemarah. Aku terlanjur dibesarkan oleh amarahmu ayah, padahal aku tak ingin menjadi seperti itu. Aku ingin dibanggakan oleh se isi rumah dan orang-orang terdekat sebagai lelaki yang sebagaimana lelaki pada umumnya. Lelaki yang penyabar, lelaki yang bekerja keras, lelaki yang tidak menjadi pemarah, bahkan menjadi lelaki yang kelak akan diidolakan oleh anak-anaknya. 

Ini jadi sebuah Challenge, aku akan buktikan pada dunia bahwa aku tanpa sentuhan ayah adalah aku yang bisa menjadi manusia yang lebih baik bagi manusia lainnya dan semesta ini. Karena kelak aku akan jadi seorang ayah yang nantinya akan diceritakan pada dunianya "Aku punya Ayah yang hebat lho, dia selalu bimbing aku untuk kuat, untuk tidak jadi pemarah, dan untuk menjadi manusia yang mampu berdiri tegak walau banyak badai yang menerpa."

Jika kau tak pernah ajarkan sentuhan itu sekarang padaku, aku lah yang akan ajarkan dan berikan sentuhan itu seperti mereka (anak-anak) yang mengidolakan ayahnya sendiri.

Semoga kelak, ayah dan anak-anakku nanti dapat membaca tulisan ini dan semesta mendukungnya.

Nov 7, 2018

Membuka Gerbang Baru Banten: Memaksimalkan Promosi Banten di Era Digital Melalui Pengembangan Sektor Pariwisata Banten



Sektor pariwisata merupakan sektor yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah. Selain sebagai sumber pendapatan asli daerah, pengembangan sektor pariwisata juga dapat menjadi langkah awal menatap masa depan yang serba digital. Tidak terkecuali dengan Provinsi Banten, yang saat ini salah satu wilayahnya, yaitu; Tanjung Lesung yang masuk ke dalam 10 Bali baru yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata.
Sebagai provinsi yang baru terbentuk pada 17 Oktober 2000 (Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2000), Provinsi Banten terus berbenah untuk menghadapi dan membuka gerbang pada masa depan. Hari ini, Banten masih terus berbenah menuju ke arah yang lebih baik. Terus memperbaiki berbagai macam sektor yang tidak terkecuali sektor pariwisata. Mengembangkan dan memperbaiki sektor pariwisata tentu akan menjadi langkah awal untuk Provinsi Banten yang sedang berkembang dan akan semakin di kenal. Karena, Banten memiliki potensi pariwisata yang tidak kalah dengan wilayah-wilayah pariwisata lainnya yang ada di Indonesia. Banten memiliki Banten 7 Wonders demi tercapainya cita-cita Banten menjadi wilayah pariwisata yang wajib untuk dikunjungi para wisatawan baik domestic maupun mancanegara.
Perlu adanya sinergitas antara Pemerintah Provinsi Banten, pelaku pariwisata di Banten, dan masyarakat Banten yang harus mau untuk melek digital untuk saling mendukung Provinsi Banten menjadi salah satu provinsi yang layak untuk diperhitungkan pada sektor pariwisata. Sinergitas ini juga dapat mewujudkan program-program Pemerintah Provinsi Banten yang sudah mulai berani dan keluar dari comfort zone untuk mem-branding Banten.
Banten 7 Wonders menjadi langkah awal Banten untuk memetakan potensi pariwisata sekaligus membagi rata wilayah tersebut untuk persebaran wisatawan. Adapun wilayah yang termasuk ke dalam Banten 7 Wonders antara lain: Sungai Cisadane, Kawasan Banten Lama, Pantai Anyer – Carita, Taman Nasional Ujung Kulon, Masyarakat Adat Baduy, Pantai Sawarna, dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung.
Pemanfaatan pola promosi melalui Banten 7 Wonders tentu akan menjadi kabar baik bagi Pariwisata Banten di masa mendatang. Perpaduan antara kebudayaan yang ada di masyarakat dan pola pariwisata kekinian diharapkan dapat menjadi sinergi satu sama lain. Adanya keselarasan antara wilayah industry dan pariwisata tentu akan semakin membuka pintu gerbang lainnya untuk menarik investor yang akan membuat Banten semakin berkembang kedepannya.
Pola promosi yang dibutuhkan oleh Provinsi Banten saat ini adalah terus memadukan Integrated Marketing Communication 4.0 dengan inovasi-inovasi terbarukan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Banten. Juga menjalin kerjasama baik antarta komunitas-komunitas atau pegiat wisata yang ada di Banten yang dapat membuat publikasi terkait Banten agar semakin dikenal oleh dunia luar melalui Platform Social Media yang ada. Juga menjalin kerjasama dengan Local Wisdom yang berada di sekitar wilayah pariwisata agar mendukung dan mempromosikan potensi yang ada di sekitar wilayahnya.
Selain itu, Banten  memiliki culture keagamaan  yang cukup  kental.  Terutama  dengan  hadirnya wisata ziarah yang ada di Banten. Kawasan Banten Lama, Kawasan ziarah yang tersebar hampir di seluruh wilayah Banten membuat branding akan Banten sebagai tempat untuk melakukan ziarah sangat kental. Hal ini tentu bisa dimanfaatkan untuk terus membuka jalan bagi para wisatawan untuk berkunjung ke Banten. Menghilangkan kesan mistis yang melekat di sekitar wilayah Banten juga harus mulai dilakukan.
Untuk itu perlu adanya peran dari berbagai pihak untuk mendukung Provinsi Banten menjadi salah satu destinasi yang berbudaya, beragama, dan berakhlak mulia, dengan akulturasi budaya yang ada sebagai gerbang baru untuk masuknya wisatawan dari Ibu Kota Jakarta maupun dari Pulau Sumatera.
Sebagai bentuk pemaksimalan akan promosi pariwisata di Banten saat era digital kekinian; Banten harus segera membuka diri dan siap akan segala hal terkait materi promosi dan perkembangan kedepannya. Pemanfaatan social media sebagai bentuk branding konten, pemanfaatan artikel melalui website-website yang di miliki pemerintah, hingga Hard Promotion yang menjadi mix bagi promosi pariwisata Provinsi Banten.
Pemanfaatan dan penambahan event-event yang ada di Banten juga harus memiliki sebuah value yang kuat untuk mendukung perkembangan pariwisata Banten. Misal, sebuah event diadakan di sebuah wilayah yang kuat akan kebudayaannya. Memadukan event-event fashion show di wilayah tersebut dan memperkenalkan kostum khas yang ada di Banten, menjual panganan khas Banten, dan juga cinderamata yang berasal dari kebudayaan yang ada di Banten.
Dengan contoh diatas, selain akan menarik wisatawan yang datang ke Banten, peluang masyarakt sekitar sebagai peluang ekonomi juga akan semakin kuat. Mendorong kemajuan ekonomi masyarakat yang ada di sekitar tempat wisata maupun event yang akan di selenggarakan. Selain itu, perlu adanya peningkatan dan awareness bagi masyrakat Banten untuk terus meningkatkan kreatifitas dan melestarikan kebudayaan yang ada di Banten.
Banten harus mau maju untuk sektor pariwisata. Yang kelak akan menjadi daya tarik bagi wisatawan local maupun mancanegara yang tentunya di dukung oleh berbagai pihak dan sektor. Banten harus mau membuka jalan untuk perkembangan pariwisata di Era Digital saat ini. Karena setiap informasi akan dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru dunia. Perpaduan kebudayaan tradisional yang dimiliki Banten dan juga kecepatan teknologi sekarang ini juga sangat diperlukan. Pengembangan destinasi pariwisata baru juga harus dilakukan secara continu agar Banten memiliki banyak destinasi pariwisata yang beragam sehingga dapat menjadi pilihan bagi wisatawan saat akan berkunjung dan berlibur ke Banten. Maju terus Bantenku, Maju terus pariwisata Banten.

Oct 18, 2018

Memaknai Titik Terendah Dalam Hidup

Long time no see ya para pembaca blog gue (Kalau ada yang baca sih huehehe)

Setelah membaca Twitt akun selebtwit (@daraprayoga_) hati gue tergerak untuk kembali menulis ditengah kegabutan jam kerja. Daripada Hp gue sepi-sepi aja kan kaya kuburan, mending Note nya gue pake buat nulis.

This is twitt of @Daraprayoga_ “reply twit ini dengan ceritamu saat berada di titik terendah

dan apa yang bikin kamu bisa bangkit lagi

semoga yang lain bisa terinspirasi, atau minimal merasa “gue gak sendiri””

Tentang titik paling rendah dalam hidup, gue juga punya. Gue anak Broken Home!!. Sedikit cerita tapi kalau diceritain panjang, gak cukup di twitter.

Dimulai dari Tahun 2006, dimana gue pindah rumah. Abis itu ada pergolakan luar biasa antara nyokap dan bokap. Gue 2006 itu baru mau Ujian Akhir SD. 

Gue juga gatau awal mulanya gimana, karena gue gak paham masih kecil. Tiba2, bokap gue sering marah-marah. Semua kena imbasnya (adik gue umurnya baru 5th). Waktu itu, sampe kedua orang tua dari nyokap dan bokap (Kakek nenek) dateng untuk mendamaikan mereka. Nyokap gue nangis parah, gue sama adik gue cuma di dalem kamar sambil dengerin. Gue peluk adik gue karena dia nangis.

Kejadian ini ternyata gak bisa di redam. Nyokap gue tiba-tiba dateng ke Sekolah. Minta izin ke guru gue buat bikin pindahan gue ke Sumedang (Rumah kakek - nenek dari nyokap). Gue yang masih kecil nurut, begitupun adik gue.

Setelah kita kabur dari rumah sambil bawa barang-barang seadanya, kita sempet nebeng di rumah ua gue di Cilegon. Abis itu, nyokap gue ngajakin ke Sumedang buat pindah sekolah.

Setelah gue mulai sekolah, nyokap gue balik ke Serang buat ngurus pindahan kerjanya. Abis itu balik lagi ke Sumedang, dan bahkan sampe pindah ke Surabaya ke tempat bibi gue. Nyokap gue hilang arah. Gue sama adik gue ditinggal gitu aja di rumah nenek gue. 

6 bulan berlalu, nyokap gue mulai dateng ke rumah nenek. Dia ngerayu adik gue lagi buat pindah. Karena adik gue masih kecil, dia ikut aja. Kita emang merindukan pelukan orang tua.

1 tahun kemudian giliran gue yang dirayu buat pindah lagi. Beberapa kali gue nolak, tapi luluh juga huehehe.

Kondisi rumah mulai baik. Dan daily activity kami mulai biasa lagi dan normal lagi.

Kejadian serupa berulang di 2013. Pas gue sama adik gue lagi sama-sama mau UN. Adik gue UN SD, gue UN SMA.

Kali ini keputusan nyokap udah bulet, harus selesai. Nyokap ngajak kami berdua pergi, pindah dari rumah pribadi ke Kontrakan yang lumayan kecil buat diisi kami bertiga (Nyokap gue cuma punya budget terbatas). Kontrakan itu jadi saksi nyokap gue nangis terus. Nyokap gue daftar sidang ternyata setelah bertengkar hebat. Gue cuma bisa melerai, tapi malah hampir diajak berantem sama bokap.

Di Kontrakan, gue sama adik gue mulai persiapan buat UN (Kalau gak salah H-2 minggu sebelum UN gue). 

Dan pas sidang pertama, itu juga hari pertama gue UN. Sedih rasanya, tapi gue harus mampu.

Setelah resmi bercerai. Gue, adik gue, dan nyokap masih tinggal di Kontrakan. Tadinya, gue gamau lanjut kuliah. Tapi nyokap larang dan bilang suruh kuliah.

Oke, gue daftar SNMPTN di Ugm. GAGAL. Gue gak sedih biasa aja. Terus gue cerita sama nyokap kalau gue diterima di UII. Kata nyokap gue ambil aja

She says “ Udah coba aja dulu, mamah bisa cari uang buat nyekolahin aa sama dd. Kalian harus sekolah yang tingga”

Berangkatlah gue ke Jogja.

Setelah gue sampe Jogja, gue cuma ikut di tempat temen gue dari kecil. Gue ke UII buat daftar ulang. Pas mau daftar ulang, gue kaget ternyata jurusan yang gue dapetin lewat nilai rapot itu (Jurusannya Teknik Lingkungan) ternyata cukup mahal biayanya buat gue dan nyokap yang sekarang single parent. 

Gue telfon nyokap, minta izin buat tes Cbt lagi ambil Jurusan Komunikasi. Dapet! Gue yang tanpa persiapan dikasih rejeki disitu.

Masalah berakhir? BELUM.

Duit modal gue ke Jogja buat daftar ulang masih kurang banyak. Gue pulang, ngobrolin hal ini sama nyokap.

Keputusannya, gue harus kuliah. Gitu kata nyokap.

Kita cuma punya aset 2 motor matic. Dijual lah motor gue itu buat modal
Kuliah. Balik lagi ke Jogja, gue jadi mahasiswa!!

Masalah berakhir? BELUM JUGA!!

1 semester berjalan, ternyata nyokap gue hilang arah soal dana. Gue sampe bikin surat kebijakan telat bayar spp karena nyokap gue belum bisa bayar. Dan abis Uas, gue harus berenti.

Hilang arah gue disitu. Gue gamau balik Serang, gamau ninggalin wanita yang gue sayang yang gue temuin di Jogja. Gue harus survive di Jogja.

Beruntunglah gue dikenalkan sama temen gue. Gue ikut kerja di Biro Wisata. Tinggal di rukonya (karena gue juga gamampu bayar kos). Gue disitu cuma digaji Rp.400.000 + makan. Hidup gue bergantung sama cewek yang gue sayang itu.

Berlalu lah masa itu. Nyokap gue sampe rela jual rumah yang hasil dia nabung selama 1th pasca gue berhenti kuliah. Dia tetep pengen liat anak-anaknya sampai sekolah tinggi.

Titik terendah berhasil gue lewati lebih dari 5 tahun. Gue sekarang sudah mulai berdamai sama Bokap, berdamai sama keadaan (dulu, gue benci banget sama bokap). Selama proses itu, gue beruntung punya sahabat dari Sma yang sampai sekarang masih sering bertemu. Kita jarang ketemu karena gue sama mereka udah punya jalan masing-masing di kota yang berbeda. Gue juga merasa beruntung ketemu seorang wanita yang mau dan sayang sama gue. 

Titik terendah yang paling pait yang pernah gue alamin. Nyokap jadi support system gue paling awal. Gue gak pernah tau dia ngeluh (gak kaya gue yang sering ngeluh). Dia juga pendamping pertama gue saat gue jatuh walau gue gak pernah cerita banyak sama nyokap. Dan adik gue jadi penguat untuk terus ngasih contoh saat dia beranjak dewasa (tapi, gue merasa masih sangat belum layak untuk jadi contoh dari seorang kakak).

Di titik terendah, gue nakal se nakal-nakalnya. Balik subuh, balapan motor. Itu dulu. Sekarang? Gue cuma bisa ngetawain gue pernah nakal di zaman sekolah. 

Pas kuliah, gue berhasil lulus tepat waktu. Pas 4 tahun walau terlambat 1 semester. Semua karna motivasi orang terdekat yang sayang gue.

“Terlambat Bukan Berarti Tertinggal” Nasuha Ali, manusia keras kepala haha

Sekarang, gue masih menatap mimpi menjadi seorang Public Relations (Humas) handal. Gue sekarang punya idola baru di dunia selain nyokap, wanita yang gue sayang. Yaaa, gue mengidoakan Bapak Sutopo (Humas BNPB) dan pak Febri (Jubir KPK).

Semoga tidak ada titik terendah lainnya. Cuma 1 cara yang belum bisa gue temukan “Ketakutan akan perpisahan”

Dan terimakasih untuk orang-orang yang rela di samping gue, membawa gue dari titik terenda itu menuju sekarang. Terima kasih untuk kalian. Love you so much.

Jadi, kalian pernah ada di titik terendah yang kaya gimana? jangan takut melewati hal itu, karena ELO GAK SENDIRI dan jangan takut dan malu kalau Elo jadi anak BROKEN HOME! Kita layak Sukses dengan jalan yang berbeda, bangkit dari keterpurukan. Come-on Wake up. Share yuk!!

Nov 15, 2017

Mencintai Rupiah = Mencintai Indonesia

Indonesian  Rupiah (IDR) menjadi mata uang nasional maupun internasional bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Rupiah cukup terkenal dari pertama kali diperkenalkan pada tanggal 30 Oktober 1946 dengan nominal pertama kali 1 sen. Rupiah seolah menjadi pencerah sebagai alat pembayaran yang sah di Indonesia menggantikan sistem pembayaran kuno; barter.


Di tengah zaman dan perkembangannya, rupiah terus berinovasi melalui Bank Indonesia sebagai otoritas tertinggi di Indonesia yang menerbitkan uang rupiah. Rupiah semakin dipercantik dan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia saat ini.
Uang Rupiah Zaman Now
Sumber Gambar: https://cdn0-a.production.liputan6.static6.com/medias/1440527/big/063070000_1482208960-Uang_Rupiah_Baru-ok.jpg
Banyak yang bilang kalau "Gak ada uang kita gak bisa hidup" dan ternyata pernyataan tersebut memang benar adanya. Banyak cara pembayaran yang ada di Indonesia. Namun, hampir kebanyakan masyarakat Indonesia begitu mencintai uang rupiah dengan bentuk fisik yang ada baik itu uang kertas maupun uang logam. Rupiah masih tetap dibutuhkan, dicintai, dan tidak dapat dipisahkan dari culture belanja masyarakat Indonesia.

Sepanjang perjalanan sejarahnya, Mata Uang Rupiah merupakan representasi cinta kita sebagai warga masyarakat Indonesia. Mengapa demikian?

Dalam setiap edisi cetaknya, mata uang rupiah kebanyakan dicetak dengan gambar para pahlawan dan pejuang yang rela berkorban bagi Indonesia. Memperjuangkan kemerdekaan, memperjuangkan kebahagiaan warga negara Indonesia, serta memperjuangkan kesejahteraan Indonesia. Mata uang rupiah juga meng-edukasi kita sebagai warga negara yang baik agar mengetahui para pahlawan dan bagaimana kita dapat menghargai dan mengenang jasa para pahlawan; melalui rupiah.
Cara Sederhana Mencintai Indonesia
Sumber Gambar: http://kibul.in/wp-content/uploads/2017/06/featindri.jpg

Ada banyak cara memang untuk mencintai negeri yang Indah, elok, nan damai ini salah satunya denga mencintai mata uang Negara Kesatuan Republik Indonesia; Rupiah. Cara yang cukup sederhana dibandingkan dengan pengorbanan para pahlawan yang harus rela kehilangan keluarga, cinta dan nyawa di masa lampau. Kita sebagai Generasi Zaman Now memiliki cara yang lebih sederhana untuk mencintai Negeri Ibu Pertiwi ini. Dengan mencintai Rupiah tentu kita akan disejajarkan dengan mencintai Indonesia tentu dengan cara yang sangat sederhana. Caranya pun sangat sederhana, kita hanya perlu untuk menggunakan uang rupiah yang resmi dikeluarkan oleh Bank Indonesia juga mempergunakan uang rupiah sebagai alat pembelian yang sah dan juga dipergunakan dengan sebaik-baiknya dan semestinya. Anggap saja menjaga dan mencintai rupiah itu sama dengan kita menjaga dan mencintai kekasih kita sendiri.

Ingat Band Netral yang memiliki lagu "Garuda di Dadaku"? kalau untuk Generasi Zaman Now kita harus bisa membuat "Rupiah di Dadaku"?

Mudah kan mencintai Indonesia?

Sep 25, 2017

Membuktikan Keindahan Banyuwangi

“Banyak orang bilang kalau Pulau Jawa itu hanya sebatas beberapa kota besar seperti DKI Jakarta, Bandung, Surabaya, bahkan Yogyakarta. Tapi, setelah mengunjungi Banyuwangi, Pulau Jawa bukan hanya kota-kota tersebut saja”.

Yes, bulan september 2017 memang surganya para pencinta jalan-jalan. Selain banyaknya tanggal berwarna merah, bulan September 2017 juga masih bertepatan dengan musim kemarau di Indonesia. Tentu kemarau jadi favorit bagi para pejalan untuk sekedar melepas lelah pekerjaan di akhir pekan.

Setelah menentukan tanggal, transportasi selama di Banyuwangi, hingga penginapan yang menjadi tempat singgah selama di Banyuwangi, maka yang ditunggu adalah saat hari itu datang. Yess. Perjalanan menuju Banyuwangi dari Yogyakarta menggunakan Kereta Api Sri Tanjung akan menempuh perjalanan kurang lebih 13 Jam. Membosankan? Tentu tidak. Karena dari sebelum memulai perjalanan ini, niat saya adalah untuk berlibur, bersenang-senang selama liburan.

Banyak cerita menarik selama perjalanan diatas Ka.Sri Tanjung. Di Kereta api kelas ekonomi ini kita akan menemukan banyak tingkah perilaku berbagai macam manusia yang beragam dan unik. Ada yang membawa anak dengan cukup banyak, hingga saya bertemu dengan seorang traveller yang melalukan solo traveller, dan orang yang membawa barang bawaan yang cukup banyak; kaya mau pindahan.

Di sepanjang perjalanan pun saya begitu menikmati sajian alam khas Indonesia yang cukup indah. Bahkan untuk pertama kalinya saya melewati daerah terdampak dari Lumpur Lapindo di Sidoarjo. Sayangnya jalur kereta hanya berada di samping lokasi yang kini menjadi museum Geologi. Selain itu, saya juga untuk pertama kalinya mengetahui kota-kota yang ada di sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur yang belum saya ketahui sebelumnya. Padahal, saya lahir dan besar di Jawa.
Tiba di Stasiun Karangasem pukul 20.34 membuat waktu perjalanan selama 13 jam terasa tidak terlalu lama. Ternyata banyak juga yang turun di stasiun ini. Padahal masih ada stasiun akhir dan menjadi stasiun paling ujung di Pulau Jawa, Stasiun Banyuwangi Baru.

Menginjakkan kaki di Banyuwangi pertama kali untuk berlibur membuat hati saya cukup senang. Memang mengunjungi Banyuwangi bukan jadi kesempatan pertama, namun kesempatan mengunjungi Banyuwangi hanya untuk melakukan penyebrangan ke Pulau Bali. Dan, kesempatan pertama untuk mengunjungi Banyuwangi dengan tujuan untuk berlibur tentu membuat hati ini senang.

Malam itu juga, saya memutuskan untuk melakukan perjalanan menuju Ijen. Setelah turun dari kereta saya bertemu dengan beberapa orang yang juga mempunyai tujuan untuk berlibur di Banyuwangi. Setelah mengobrol dan berkenalan maka kami memutuskan untuk singgah di dekat stasiun sambil menunggu tengah malam untuk menuju Ijen Creater.

Tujuan saya ke Ijen Creater adalah untuk memotret keindahan blue fire khas Ijen dan kegiatan para petani belerang dari masyarakat Ijen itu sendiri. 

Dengan penuh semangat pukul 00.00 wib, saya yang pergi dari Yogyakarta bersama orang tersayang plus ditambah teman on the spot yang ternyata satu kampus memutuskan untuk pergi ke Ijen dengan konvoi menggunakan sepeda motor. Tidak sulit menuju Ijen dari Stasiun Karangasem, tidak perlu khawatir akan tersesat. Karena kesan pertama saya saat akan menuju Ijen adalah Akses menuju lokasi wisata yang tidak terlalu sulit. Hal ini didukung dengan insfrastruktur yang cukup baik dan tersedianya petunjuk jalan di setiap persimpangan jalan. Tentu hal ini mempermudah wisatawan dengan budget terbatas seperti saya. Liburan yang dilakukan tanpa paket wisata dan tour guide. Bahkan untuk transportasi saja menggunakan jasa penyewaan motor. 

Kurang lebih 2 jam perjalanan dari Stasiun Karangasem menuju Kawah Ijen dengan menggunakan sepeda motor. Tiba di Parkir Ijen sekitar pukul 02.00 pagi dengan kondisi badan yang sudah menggigil karena kedinginan. Dilanjukan dengan mendaki kurang lebih 2-3 jam menuju puncak kawah Ijen. Harga tiket masuk kawah ijen adalah sebesar Rp.7500,- di hari libur untuk wisatawan nusantara dan biaya parkir. 

Selama perjalanan mendaki menuju puncak, saya bertemu dengan banyak wisatawan baik wisatawan asing maupun dari Indonesia. Ada yang unik saat sedang mendaki, yakni adanya Taksi/Ojek Gunung Ijen. Dimana ojek/taksi ini dikemudikan oleh manusia dengan menarik/mendorong gerobak yang sudah dimodifikasi untuk 1-2 orang. Ada rasa iba betapa beratnya perjuangan para pengemudi Taksi Gunung tersebut. Dimana 1-2 orang penumpang ditarik oleh 2-3 orang driver

Sayangnya, karena kondisi kaki yang kurang siap menghadapi beban dan medan ke Ijen Creater, saya memutuskan untuk berhenti sampai warung yang berada sebelum tanjakan menuju puncak. Sedih, karena saya tidak bisa menikmati keindahan Blue fire Ijen Creater. Namun, untuk mengobati hal tersebut maka saya memutuskan untuk mengunjungi Kawah Wurung yang berada di tetangga Banyuwangi, yakni Kab,Bondowoso. Indah, namun sayang lokasinya sulit terjangkau serta insfrastruktur yang kurang memadai.

Dekatnya penginapan yang dipilih dengan pantai Watu Dodol membuat mata sulit untuk berpaling dari indahnya laut Ujung Timur Pulau Jawa ini. Biru, tenang, dan jernih membuat mata ini sangat menikmati keindahan ciptaan tuhan. 
View Baru Dua Beach Hotel
Foto: Dok. Pribadi
Rasa penasaran yang datang membuat saya ingin mengunjungi Bundar (Bangsring Underwater) tempat yang cukup terkenal (saya browsing info) dengan Rumah Apung dan Penangkaran Hiu. Tiket masuknya pun cukup murah Hanya Rp.4000,- (Sudah parkir motor). Tetapi, Apabila ingin menyebrang menuju rumah apung kita hanya ditarik biaya sekitar Rp.5000,-saja. Dan jika kita ingin menikmati indahnya laut Banyuwangi lalu bermain-main bersama nemo kita hanya cukup membayar Rp.30.000,- saja. Menarik kan?
Rumah Apung & Snorkeling Bangsring Underwater
Foto: Dok. Pribadi

Di hari ke 3, saya penasaran dengan Taman Nasional Baluran. Meskipun secara letak berada di Kabupaten Situbondo, namun tak sedikit orang-orang yang meng-upload Baluran di Banyuwangi. Jadi, Banyuwangi atau Situbondo?

Memutuskan untuk berangkat pagi menuju Baluran. Karena, menurut orang-orang yang saya tanyai, waktu yang tepat untuk berkeliling di Baluran adalah pagi hari mulai pukul 05.00 wib - 08.00 wib. Dimana di waktu tersebut hewan-hewan liar keluar untuk mencari makan. Seperti; Rusa, Monyet, hingga Merak. Indah bukan? kita memang dimanjakan seperti berada di Savana asli yang ada di Afrika Selatan. Tapi hati-hati, di Baluran jangan bawa makanan atau apapun yang menurut si monyet seperti makanan. Nanti akan bernasib seperti saya, dimana kunci hotel dibawa lari monyet, dan kulit jok motor menjadi korban cabikan monyet-monyet liar.
Taman Nasional Baluran, Savana Bekol
Foto: Dok. Pribadi
Di Baluran sendiri terdapat satu pantai yang bisa dibilang sebagai Hidden Paradise, yaitu Pantai Bama. Pantai ini masih menyimpan keindahan lautnya dibalik Hutan Baluran yang sangat gersang. Air laut nya biru seperti menembus kaca, hutan mangrove dan pepohonan yang rindang menghalangi kita dari teriknya panas. Dan juga kawanan monyet liar yang tetap mengintai kantong atau tas yang kita bawa. Jadi, tetap berhati-hati yaaa.
Setelah puas dari Baluran, saya menuju Kota Banyuwangi. Ada beberapa pantai yang membuat saya tertarik. Yakni Pantai Boom dan Pantai Syariah. Namun, saya baru mengetahui kalau Pantai Boom sedang ditutup karena akan dibangun marina di sekitar pantai. Akhirnya, untuk mengobati kekecewaan karena tidak bisa menikmati keindahan Pantai Boom maka saya memutuskan untuk ke Pantai Syariah. Unik kan?

Nama pantai yang unik dan cenderung islami ini memang menggunakan konsep yang serupa. Dimana pintu masuk antara Akhi (laki-laki) dan Ukhti (perempuan) dipisahkan. Pintu masuk laki-laki ke sebelah kanan dan perempuan di sebelah kiri. Selain itu, terdapat tata tertib agar menghentikan aktivitas apapun saat mendengar adzan. Benar saja, saat adzan magrib sudah tidak ada orang satupun yang beraktivitas di pantai.
Bermain kano di Pantai Syariah
Foto: Dok.Pribadi

Rasanya, 4 hari 3 malam di Banyuwangi terasa kurang. Beberapa tempat yang saya tulis ternyata berbeda arah dengan penginapan. Kelak, saya harus kembali menikmati betapa majestic nya Banyuwangi. Rasanya akan merugi karena kita tidak tau Banyuwangi. Gimana? Pengen kan ke Banyuwangi? apalagi sama orang tersayang.

Sep 12, 2017

Kereta Penghubung Para Perantau

16 Juli 2017, Kereta Api Krakatau Ekspress Relasi Blitar-Merak melakukan perjalanan terakhirnya dalam melayani penumpang dengan tujuan baik dari Blitar menuju Merak, maupun sebaliknya. Kereta ini akan  digantikan Ka. Singasari dengan relasi yang dipendekkan, yakni Blitar-Pasar Senen. Hal ini dilakukan karena faktor okupansi. Menurut PT.KAI, hal ini dilakukan mengingat okupansi Ka.Krakatau untuk relasi Merak-Pasar Senen. Selain itu, banyaknya warga dari sekitar Banten terutama Rangkas Bitung lebih sering menggunakan Ka Lokal menuju Tanah Abang dan berganti KRL untuk menuju lokasi selanjutnya yang akan dituju.

Mengenang Ka Krakatau
Sumber: kereta-api.info
Hilangnya Ka.Krakatau memang tidak sepenuhnya dihilangkan. Dengan kata lain, Ka.Singasari tetap akan melayani para penumpang yang akan menuju Jakarta maupun Banten. Namun, hingga Stasiun Pasar Senen saja. Penumpang bisa melanjutkan dengan menggunakan KRL dari Stasiun Pasar Senen menuju Stasiun Tanah Abang. Lalu, dilanjutkan KRL dari Stasiun Tanah Abang menuju Stasiun Rangkas Bitung. Bagi mereka yang tujuan akhirnya bukan di Stasiun Rangkas Bitung tentu harus melanjutkan perjalanannya dengan Ka. Lokal Merak. Pertanyaannya sekarang adalah efisien kah saat bepergian jarak jauh dengan transit beberapa kali? Analoginya adalah saat kita sudah berumur, membawa barang banyak, membawa anak, atau saat kereta kita ternyata berbarengan dengan para penumpang Ka yang merupakan mereka yang mengadu nasib di Jakarta dan sekitarnya tetapi memiliki rumah seperti di Parung Panjang bahkan Rangkas Bitung. Efisien kah?
KRL yang kurang manusiawi saat jam kerja
Sumber: Dokumen Pribad
Berhenti beroperasinya Krakatau tentu membuat sedih beberapa pelanggan setia. Saya membuat riset kecil dan membagi kedalam beberapa kategori, yaitu: Perantau (mahasiswa), Orang Tua, Pemudik antara pulau Jawa dan Sumatera, serta mereka dengan barang bawaan yang cukup banyak.
Lalu, apa gunanya saya meneliti hal tersebut?

Hal yang pertama saya dengar saat PT.KAI memutuskan untuk mengganti Ka. Krakatau menjadi Ka. Singasari adalah respon kesedihan dari beberapa teman saya yang merantau di Jogja. Sejak awal Ka.Krakatau beroperasi mulai dari relasi Merak-Madiun, Merak-Kediri, hingga Merak-Blitar, beberapa teman saya se-perantauan masih asik menggunakan Ka.Krakatau sebagai alternatif untuk kembali ke kampung halaman dari perantauan.

“Yaah, sedih yaah Krakatau dihapus. Jadi bingung deh entar balik ke Serang naik apa”. Curhat seorang teman yang tidak bisa menggunakan transportasi lain selain kereta api.

“kalau Krakatau dihapus entar ke Serang gimana yaa? Padahal udah enak ada kereta langsung sampe ke Serang. Bahkan Sampe pelabuhan malah. Jadi tinggal nyebrang aja naik kapal ke Lampung”. Curhat seorang teman yang berasal dari merak dan mudik ke Lampung.

“Kasian tau kalau bapak mau ke Madiun. Biasanya naik Krakatau dari Cilegon langsung turun di Madiun. Sekarang harus cari alternatif lain. Kalau harus naik lokal terus transit KRL kasian juga. Masa orang tua harus dempet-dempetan. Belum lagi kalau bawa barang bawaan banyak”. Curhat seorang teman yang orang tuanya pelanggan setia Krakatau dari Cilegon.

Sebenarnya curhatan serupa beberapa teman saya masih banyak. Namun, dari ketiga curhat diatas merupakan suara dari mereka yang memilih Ka.Krakatau sebagai pilihan utama untuk menuju Banten dan sekitarnya maupun menuju ke Jawa Tengah, DIY, hingga Jawa Timur.

Pada kesempatan ini, dalam rangka Ulang Tahun KAI ke 72 tentu menjadi harapan bahwa Kai di Masa Mendatang juga dapat melayani daerah-daerah yang menjadi penghubung antar pulau. Tentu sebagai warga Banten saya merasa kesedihan cenderung iri dengan Banyuwangi. Dalam hal ini Banten merupakan sebuah provinsi yang menghubungkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Apalagi, Banten letaknya bertetangga dengan Ibu kota Indonesia DKI Jakarta. Akan tetapi, pilihan transportasi terutama kereta api sangat tidak ada yang melayani relasi jarak jauh. Mungkin kunjungan wisatawan yang akan ke Banten jauh lebih sedikit daripada yang akan ke Banyuwangi lalu melanjutkan perjalanan ke Pulau Dewata Bali. Namun, Banten juga butuh transportasi yang beragam seperti Mutiara Timur relasi Banyuwangi-Surabaya Gubeng PP. Ka.Sri Tanjung relasi Banyuwangi Baru – Lempuyangan PP. Atau Ka. Tawang Alun relasi Banyuwangi-Malang.

Opsi transit menggunakan KRL dan Ka.Lokal menurut saya bukan menjadi pilihan terbaik bagi masyarakat baik yang berasal dari Lampung, Cilegon, Merak, Serang yang akan menuju kota-kota di Jawa. Karena efisiensi waktu dan menguras banyak tenaga. Apalagi KRL bukan moda transportasi yang tepat untuk mereka yang akan menghabiskan waktu perjalanan yang sangat lama.

Saran sederhana dari masyarakat awam seperti saya adalah dengan membuka Kereta Api komersil jarak sedang maupun jauh. Misalkan membuka relasi baru Yogyakarta-Merak, Solo-Merak, atau Madiun-Merak, ataupun membuka kembali relasi Kereta komersil seperti Ka.Argo Parahyangan yang melayani relasi Jakarta-Bandung dengan diaplikasikan relasi Merak-Pasar Senen.

Harapannya adalah PT.KAI di usia yang ke 72 tahun ini tetap melihat bagaimana kebutuhan dari masyarakat yang saat ini semakin mencintai Kereta Api sebagai moda transportasi yang utama. Sayapun demikian. Perjalanan yang nyaman selama di dalam kereta membuat saya jatuh hati kepada Kereta Api. Saya jatuh hati dengan Pelayanan Prima Untuk Semua Pelanggan dan Kenyamanan Penumpang. Karena sampai saat ini saya belum menemukan transportasi yang memberikan kenyamanan bagi para penumpangnya.

Dengan demikian PT.KAI dapat terus berinovasi dan semakin memperluas jaringannya terutama untuk wilayah Banten. Keberagaman transportasi dari dan menuju ke Banten merupakan mimpi bagi masyarakat seperti saya dan masyarakat lainnya yang merantau. Dan kembali ke tanah kelahiran dengan menggunakan moda transportasi yang aman, murah, dan nyaman. Saya sangat mendukung PT.KAI terus mewujudkan visi sebagai penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang fokus pada pelayanan pelanggan dan memenuhi harapan stakeholders.

Selamat Ulang Tahun PT.Kereta Api Indonesia (persero) yang ke 72!!
Teruslah berinovasi dengan mendengar penumpang setia-mu. Karena kenyamanan kami adalah kebahagiaan Kereta Api Indonesia. 

Semoga Warga Banten kembali bisa menikmati kenyamanan jalan-jalan ke Jogja, Solo, Kediri, Madiun, Blitar dengan menggunakan Kereta Api tanpa harus transit, rela berdesakan, dan buang-buang waktu. Karena di masa mendatang, akan bermunculan transportasi yang mengutamakan kenyamanan dan menjangkau seluruh masyarakat.