Apr 22, 2016

Yang (Biasa) Dilakukan Saat Menunggu

Menunggu bagi sebagian orang adalah hal yang paling membosankan. Menunggu bis di halte yang kena macet, menunggu pesawat di bandara yang kena deelay, menunggu pesanan makanan saat kita terasa lapar, atau menunggu masa lalu untuk enyah dari bumi ini? (Hayoo siapa yang masih ngarep sama masa lalunya? Move on geeh). Buat gue, menunggu itu bisa diprediksi. Misal, saat gue laper dan pas jam makan siang, dan yang pasti kita bakal nunggu buat makan. Jadi harus sabar.

Soal menunggu, setiap orang pasti punya caranya sendiri. Ada kata kiasan gini, "menunggu adalah hal yang paling membosankan". Benar-kah? atau ada kata kiasan lainnya yang lebih keren? Buat gue, menunggu itu emang hal paling membosankan. Apalagi kita nungguin cuma sendirian. Udah kebayang kan betapa membosankannya-saat waktu untuk menunggu itu. Kalau berdua atau lebih sih enak, ada temen ngobrol. Kalau sendiri yaa mau ngobrol sama siapa? Tembok aja ajak ngobol.

Setiap orang pasti punya cara yang unik yang bisa dilakuin sambil nunggu. Ada yang kerjaannya sambil nunggu cuma liat-liat jam sambil berharap waktu dapat berjalan lebih cepat. Ada yang tidur sejenak sambil melepas lelah dan menunggu waktu saat menunggu. Atau ada juga yang sambil nunggu itu cuma sebatas ngupil atau garuk-garuk tangan atau sambil gigit-gigit kuku kaya gue mehehe. Tapi, menurut gue itu bukan hal yang biasa dilakukan saat kita menunggu. Gue melihat ada beberapa kebiasaan dari orang yang sedang menunggu. Gini kebiasaannya:

1. Main Handphone
Sebelum gadget secanggih sekarang, mungkin beberapa generasi senior sudah mengalami masa dimana doi menunggu sambil main handphone. Gue juga pernah mengalami hal itu. Main handphone jaman dulu beda kaya jaman sekarang. Orang dulu kalau main handphone itu cuma ada 3 hal yang biasa dilakuin; Smsan, telfonan, atau dengerin Radio Fm. Kalau sekarang gimana?
Generasi sekarang udah bergeser dari masanya handphone yang terdahulu. Sekarang handphone bentuknya layar datar dan bisa disentuh tanpa keyboard berbentuk fisik. Isi menu nya pun masih banyak. Engga kaya handphone jaman dulu yang isinya gitu-gitu aja. Terus, fitur yang ada di handphone pun semakin beragam. Kita bisa denger lagu langsung dari koleksi kita tanpa harus nunggu penyiar radio muterin playlistnya yang kadang engga sesuai sama kesukaan kita. Kejadian ini barusan gue alamin saat gue sedang menunggu seblak yang lagi fenomenal. Gue liat mbak-mbak dengan raut wajah yang agak bete nunggu pesenannya jadi. Doi sambil nunggu sambil megang handphone nya yang sebesar talenan itu. Dia kadang buka menu, kadang balik lagi ke homescreen, kadang liat bbm (yang isinya broadcast semua), atau kadang cuma liat panggilan masuk dan keluar walau isinya cuma panggilan operator. Kamu sering kaya gini kalau lagi nunggu?
2. Ajak Ngobrol Orang di Sebelah Kita
Indonesia, begitu negara ini dikenal begitu ramah. Warga Indonesia dikenal warga yang mudah diajak untuk berbicara meskipun dengan lawan bicara yang tidak dikenal. Selain itu juga, kita dikenal sebagai bangsa yang murah senyum. Kalau kata orang sunda sih Indonesia adalah Bangsa yang someah atau yang artinya bangsa yang ramah. Kita dianggap negara yang paling murah senyum, negara yang ramah dari negara-negara lainnya. Keren kan? pasti bangga jadi orang Indonesia.

Ngomongin soal ramah, murah senyum, dan lain sebagainya, gue sering menemukan mereka-mereka yang kaya gitu. Beberapa kali waktu gue di ruang tunggu bandara atau stasiun atau bahkan terminal sekalipun nemuin mereka yang ramah dan setidaknya menyapa gue. 

"Mau kemana mas?"
"Tujuannya kemana mas?"
atau yang lainnya. Kata-kata ini emang terkenal basa-basi. Tapi, kata itu bisa nunjukin kalau kita ingin memulai pembicaraan. Biasanya juga gue sering menggunakan kata-kata itu untuk memulai suatu pembicaraan dengan orang yang kita kenal. Meskipun terkesan basa-basi tapi setidaknya memulai atau mengajak ngobrol orang yang ada di sebelah kita adalah salah satu cara untuk mencairkan suasana yang membosankan saat kita sedang menunggu.
3. Stalking
Stalking adalah serangkaian kegiatan ala anak muda sekarang untuk mencari tahu tentang seseorang. Bisa mencari tahu kegiatan yang sedang dilakukan, atau hanya sekedar scroll up dan scroll down time line sosial media. Stalking mulai terkenal setelah era gawai ber-layar touchscreen dan maraknya sosial media. Stalking juga muncul dari mereka-mereka para pengguna sosial media. Bahasa kerennya sih pengen tau tentang orang lain. Saat ini stalking menjadi kebutuhan sekunder. Stalking bisa dilakuin sama siapa aja. Bisa stalking time line pacar, gebetan, atau yang bekas-bekas, atau bisa juga timeline artis favoritnya. Stalking sekarang udah dibawah kebutuhan primer.
Nah, di era teknologi dan internet ini, stalking jadi kegiatan paling mengasyikan saat kita menunggu. Saking enaknya stalking kadang kita melupakan orang yang ada di sekitar kita. Karena sibuk sama gadget nya dan sibuk stalking, kita melupakan kebiasaan yang dilakukan oleh orang menunggu yang kedua. Stalking bikin kita lupa kalau kita tinggal di negara yang dikenal sebagai negara yang ramah. Terlalu asik stalking buat kita jadi orang yang tertutup looh. Makanya, mulai dari sekarang kurang-kurangin stalkingnya.
dari om gugel
Nah, udah tiga gue tulis kebiasaan yang dilakukan saat menunggu. Ini cuma berdasarkan penglihatan gue selama ini yaa. Kalau ada yang gak sesuai kan berarti kebutuhan akan menunggu itu berbeda. Namanya juga manusia, yang dalam hidupnya pasti menemukan banyak perbedaan.

Apr 17, 2016

Haruskah Sarjana itu (Cumlaude)?

"Halaah, kuliah ngapain lulus cepet yang penting pengalamannya selama kuliah".

Salah satu temen gue pernah ada yang bilang gitu. Terus disatu sisi ada salah satu temen gue lagi bilang gini;

"Kamu kuliah terus lulus cumlaude, pas abis kuliah nganggur? sama aja bohong".

Dua pendapat di atas adalah pendapat yang paling gue ingat selama gue kuliah ini. Sah aja kalau ada pendapat yang bermacam-macam soal kuliah. Setiap orang berhak untuk berpendapat. Kan ini negara demokrasi. Walau kadang di negara ini demokrasi itu cuma buat orang yang berduit sama punya kekuasaan aja. Sisanya, cuma jadi tim hore bak suporter sepakbola yang selalu riuh di setiap pertandingannya. Kadang ada yang heboh, kadang juga ada yang duduk manis di tribun, tanpa nyanyi.
dari om gugel
Balik lagi ke soal per-kuliah-an. Buat gue kuliah adalah salah satu cara gue untuk mendapatkan ilmu. Ilmu yang di kasih dosen. Ilmu yang di dapet dari temen-temen seangkatan. Atau ilmu yang di dapet dari acara-acara yang diikuti. Ilmu bebas dapet darimana, selagi itu halal dan bermanfaat. Ilmu yang gue dapet bukan cuma dari kuliah aja. Gue membenarkan pernyataan pertama kalau kuliah itu harus punya banyak pengalaman. Tapi, yang engga gue benarkan adalah ngapain lulus cepet. Buat gue, lulus tepat waktu adalah impian setiap orang. Tapi, balik lagi, orang yang lulus cepet bukan berarti dia gak punya pengalaman selama kuliah. Cuma caranya setiap orang mencari pengalaman itu berbeda-beda.

Bayangin deh, kalau kita lulus terlalu lama dari target yang kita bahkan orang tua harapkan. Bohong kalau orang tua kita engga berharap anaknya bisa lulus tepat waktu. Orang tua pasti pengen liat anaknya lulus sarjana tepat waktu. Alasannya simple; biar anaknya gak nyusahin orang tua nya terus. Apalagi selama kuliah hobinya cuma menghabiskan uang bulanan yang kadang double. Atau yang lainnya deh. 

Gue, adalah salah satu anak yang punya (kewajiban) untuk lulus tepat waktu. Kewajiban itu sebenernya bukan keinginan dari orang tua gue, tapi mereka berharap kalau anaknya bisa lulus tepat waktu. Kenapa? karena gue adalah harapan dari orang tua sebagai anak pertama untuk membantu biaya adiknya sekolah. Masuk akal. Karena gak selamanya orang tua membiayai anaknya. Ada saat dimana anak itu membiayai adik dan orang tuanya. 

Harapan, doa, dan usaha pun emang harus terus dilakuin. Gak peduli gue terhambat di semester 2. Karena gue punya target dalam hidup. Dan harus terus kejar target-target selanjutnya. Dan target itu harus diwujudkan satu persatu.  

"manusia itu harus punya target. Supaya kedepannya jelas dia mau ke mana di masa depannya". -anonim- 

Gue percaya, target-lah yang akan menuntun kita untuk semangat menajalani segalanya. Tanpa target mungkin kita gatau mau kemana. Kaya burung yang tanpa arah, gak tau kapan dia harus terbang, kapan dia harus kembali ke sangkarnya untuk beristirahat. Dari target, kita juga tau kualitas diri. Itung-itung buat memperbaiki diri untuk target kedepannya. Target untuk lulus tepat waktu sekaligus cumlaude mungkin akan menjadi persembahan untuk mereka yang spesial.

Melihat mereka yang sudah di-wisuda plus selempang cumlaude buat gue iri. Gue iri karena gue pun ingin menggunakan selempang bertuliskan cumlaude. Mungkin gak? mungkin banget selagi mau terus berusaha. Dan belum ada yang terlambat sekarang. Setiap orang pasti ingin menyelesaikan pendidikannnya dengan hasil akhir yang sangat baik. Ilmu, pengalaman, dan hasil akhir yang baik juga akan jadi syarat yang memenuhi target nantinya. begitu-pun dengan orang tua. Betapa bahagianya. Melihat anaknya di wisuda saja sudah cukup bahagia, apalagi ditambah dengan selempang spesial. Tambah bahagia.

Balik lagi ke pernyataan yang kedua diatas. Gue percaya, usaha dan hasil itu akan seimbang. Selagi gue mau berusaha. Urusan pekerjaan yang akan datang itu cuma perihal gue mau engga nya buat mencari pekerjaan. Atau masih terbuaikan oleh hasil terakhir di perkuliahan. Jadi, masih mau buat lulus tepat waktu dan pakai selempang cumlaude di akhir studi?

Apr 16, 2016

Mau Jadi Apa?

Selamat gue ucapkan untuk seluruh Siswa/siswi sekolah menengah atas yang telah menyelesaikan Ujian Nasional Berbasis Komputer. Gimana rasanya? Seneng kan? Bahagia kan? Atau nano-nano rasanya? Semua jawaban atas pertanyaan gue ada di kalian semua. Karena rasa itu cuma kalian yang tau. Sekali lagi gue ucapkan selamat untuk seluruh SISWA SMA di seluruh Indonesia atas terlaksananya UNBK yang pertama kalau gak salah. Bener kan? kalau salah silahkan koreksi gue.
Setelah UN. Belum lulus udah di coret-coret

Gue cuma mau mengucapkan selamat atas ujian yang sudah selesai. Lalu, apakah kalian sudah dinyatakan lulus? Belum tentu. Eh gatau deng kalau sekarang. Gue denger-denger UN bukan syarat mutlak kelulusan sekolah ya? hmmm.. Enak dong yaa. UN gak sungguh-sungguh juga pasti lulus laah. Asal punya perilaku baik aja selama di sekolah. Mungkin, UN tidak seseram zaman gue SMA dulu. Zaman gue UN hukumnya mendekati wajib. Bahkan sangat menakutkan bagi gue dan temen-temen seperjuangan gue. Apalagi waktu itu UN juga jadi syarat untuk masuk perguruan tinggi yang tetap dibantu oleh nilai ujian sekolah. Dan walhasil nilai sekolah pun semuanya dikatrol. Untuk apa? untuk membantu nilai UN yang sangat menakutkan itu.

Sedikit cerita untuk adek-adek SMA yang baru aja menyelesaikan UN(ditambah BK). Waktu zaman gue dulu atau angkatan 2013, UN adalah hal yang sangat menakutkan. 3 bahkan sampai 6 bulan sebelum pelaksanaan UN kami di ultimatum oleh para guru untuk giat belajar demi mampu menjawab UN yang 20 paket (waw 20 paket). Selain itu juga gue dan teman-teman lainnya di jejali oleh berbagai macam aktivitas yang berkaitan dengan akademik. Dari mulai Try out yang internal atau eksternal, Bimbel di sekolah bahkan hingga bimbel di luar. Belum lagi ditambah waktu belajar dirumah. Gue harus rela mengurangi waktu bermain untuk ber-belas-belas jam di sekolah dengan menghabiskan waktu untuk belajar dan belajar. Ini bukan pencitraan, kalau engga percaya silahkan tanya ke kakak kelas kalian dari angkatan 2013 atau hingga yang lebih diatas gue. Demi apa? demi UN yang sukses dan nantinya masuk ke Universitas ternama yang telah lama gue idam-idamkan.

Di hari H pelaksanaan UN pun masih belum berhenti perjuangannya. Gue harus bangun sebelum ayam berkokok untuk belajar dan mencari sedikit wangsit. Setelah itu menyiapkan amunisi untuk bertempur dengan soal yang 20 macam tadi. Soal yang gue kerjakan pun sangat jauh berbeda dengan teman-teman yang berada didalam satu ruangan. Bahkan, Kunci Jawaban yang sudah tidak asing saat UN pun sepertinya tidak banyak membantu. Mbingungi. Modal belajar dan berharap tuhan memberikan mukjizat aja gue waktu UN. Mungkin cuma Tuhan yang bisa membantu gue untuk lulus dari SMA ini dan merasakan dunia per-sarjana-an yang konon lebih enak dari anak sekolahan.

YES, Gue lulus!
Gue senang bukan main saat gue dinyatakan lulus oleh pihak sekolah. Apalagi pas gue buka surat dari sekolah yang isinya:

"Civitas akademika SMA NEgeri 3 Kota Serang mengucapkan "SELAMAT" atas keberhasilan 
putra/i terbaik Bapak/Ibu yang telah menyelesaikan pendidikan di sekolah ini tanpa kendala
yang berarti pada tahun pelajaran 2012/2013"
Surat kelulusan. Masih gue simpen

Seneng gak liat hasil surat yang menyatakan kita berhasil menyelesaikan sekolah yang wajib selama 12 tahun? Seneng banget. Setelah pengumuman kelulusan pun gue dan teman-teman yang datang mengucap syukur atas keberhasilan kami dalam menyelesaikan studi secara bersama-sama. Dan kita lulus semua.

Ada yang unik waktu pengumuman sekolah waktu itu. Sekolah mewajibkan seluruh siswanya untuk menggunakan baju muslim dan muslimah saat kelulusan. Berbeda dari sekolah-sekolah yang lain. Sekolah gue melarang untuk adanya ritual coret-coret setelah kelulusan. Gue sih biasa aja karena waktu itu emang tujuan gue adalah cari pengumuman bukan coret-coret seragam yang orang tua beliin buat kita sekolah. Gue lulus, gue bersyukur, gue pulang. Udah gitu aja.

Terus, setelah gue lulus dari SMA bukan berarti perjuangan gue selesai gitu aja. Masih ada mimpi gue untuk masuk ke universitas yang gue mimpikan. Dan dengan doa dan segala kemampuan gue mendaftar di SNMPTN undangan. Dengan penantian yang lumayan menguras waktu karena gue harus menyiapkan cadangan kemana gue akan berlabuh kalau hasilnya kurang memuaskan.

Dugaan gue benar. Gue gagal masuk di universitas yang udah lama gue impikan. Gue harus terpental ke universitas yang masih satu daerah dan sekarang gue menikmati kuliah di universitas ini. Gue baru tau setelah beberapa semester ini kalau ternyata kegagalan gue menembus SNMPTN adalah nilai yang di katrol terlalu tinggi. Ada ketimpangan antara nilai UAS dan UN. Dan mungkin itu jadi faktor kenapa gue gagal. Gue membandingkan dengan beberapa teman gue, mereka nilai nya (biasa) tapi mereka sukses menembus SNMPT undangan. Sedih? Iya, karena itu gue merasakan kegagalan yang begitu membekas.

Kenapa gue membahas sekolah di jaman gue sama sekarang? Gue cuma miris sama tingkah laku adek-adek gemes sekarang ini. Apalagi belakangan beredar foto-foto imut dari adek-adek gemes ini setelah mereka (sukses) menyelesaikan UNBK. Bukan (sukses) menyelesaikan pendidikan mereka di SMA. Apalagi mereka sudah merasa yakin dan melaksanakan ritual coret-coret seragam pasca UN yang cuma ada di Indonesia. Padahal mereka belum dinyatakan "LULUS" oleh pihak sekolah. Dan belum dinyatakan "DITERIMA" oleh Universitas. Terus gimana?
coret-coret itu nikmat. Sumber: modifikasi.com

Mungkin menurut mereka, UNBK adalah akhir dari kesulitan mereka di sekolah. Padahal masih banyak jalan yang harus mereka lakukan. Masuk Universitas dan jadi mahasiswa. Jadi mahasiswa pun tidak semudah yang gue bayangkan saat di sekolah dulu. Emang, jadi mahasiswa itu kuliah nya gak satu minggu penuh. Tapi bisa jadi kuliahnya full dari jam 7 pagi sampe jam 6 sore. Emang, jadi mahasiswa itu aturannya sedikit. Gak ada razia rambut, gak ada razia kendaraan (bebas bawa kendaraan apa aja). Tapi, jadi mahasiswa itu belum tentu bebas dari aturan dosen yang kadang semaunya. Apalagi soal tugas.

Gue punya beberapa teman di jurusan farmasi, teknik, dan lain sebagainya. Setiap jurusan punya tingkat kesulitan masing-masing. Mereka yang mengambil jurusan eksak harus rela begadang demi menyelesaikan laporan dan siap-siap untuk responsi di keesokan harinya. Mereka rela mengurangi waktu tidurnya demi menyelesaikan laporan-laporan yang se-abreg. Sedangkan mereka yang berada di jurusan sosial harus rela meningkatkan kualitas hafalannya karena mereka dituntut untuk berfikit kreatif atas permasalahan yang akan dihadapi. Mereka yang ada di jurusan sosial ini kadang berimajinasi, karena mereka tidak memiliki panduan rumus yang memang sudah ditentukan akan seperti apa hasil akhirnya. Masih mau bilang jadi mahasiswa lebih gampang dari siswa? Namanya aja udah maha-siswa. Artinya lebih dari seorang siswa. Lebih beban tugasnya, lebih waktu belajarnya, lebih tanggung jawabnya.

Itu yang bikin gue miris. Kenapa siswa sekarang udah berani merayakan keberhasilannya setelah ujian nasional. Dan mereka merayakan dengan cara yang kurang wajar kaya nyobek rok sampe keliatan belahan kaya mba-mba di bioskop. Coret-coret sembarang bahkan di sembarang tubuhnya. Atau konfoi di jalan raya yang begitu mengganggu mereka yang berada di jalan raya. Tidak kah mereka berfikir kedepan mereka akan jadi seperti apa? Kuliah di mana? Kerja di mana? atau mau nikah dimana?

Itu kembali ke diri masing-masing sesuai dengan mimpi, cita-cita dan keuangan masing-masing. Selamat berjuang adek-adek gemes. Silahkan coret-coret sesuka hati kalian, sebelum kalian merasakan coret-coret di tugas atau skripsi kalian oleh dosen pembimbing. Tinggal kalian yang menentukan, mau jadi apa?