Aug 15, 2017

Lari Ke Jogja

Sebagai anak yang berasal dari ujung Barat pulau Jawa, saya memiliki sebuah tekat saat masa sekolah dulu. Tekad itu soal “Merantau.” Merantau menurut pandangan saya adalah tentang bagaimana kita melihat dunia yang baru, yang lebih luas, yang lebih menyajikan sebuah pengalaman yang kelak tidak akan pernah bisa dilupakan.

Jogja.
Saat ini menjadi (sebuah) kota yang menjadi pilihan hati untuk merantau; mencari banyak ilmu serta pengalaman yang akan menjadi berharga. Jogja, dipilih berdasarkan hati nurani, dan berangkat dari ke-ingin-tahuan se-istimewa apa kota itu. Bahkan (ke)istimewaan-nya pun terdengar hingga ke pelosok negeri, bahkan ke pelosok mancanegara. Maka, dipilih-lah jogja sebagai kota tempat menaruh ransel untuk mencari ilmu.

Jogja memang terdengar asing bagi saya. Selama hidup, saya hanya baru 1 kali berkesempatan untuk menikmati jogja. Itupun hanya dalam waktu yang terbatas bahkan sangat singkat sekali. Belum cukup rasanya saya menikmati keindahan Jogja. Jogja ternyata benar-benar ngangeni, bikin orang pengen balik lagi kesana.

Perlahan tapi pasti. Waktu yang dinanti pun telah tiba. Dimana kesempatan emas bagi saya untuk menikmati keistimewaan jogja itu ada.

Pertama kali datang di Jogja, kesan pertama saya terhadap masyarakat disini adalah ramah. Sampai timbul pertanyaan di benak saya “Kok orang jogja nih suka senyum yaaa, padahal kita belum saling kenal.” Saya tidak hanya menemui satu orang saja yang senyum kepada saya. Namun banyak orang memberikan senyum yang (ternyata) jadi senyum khas orang jogja. Dan itu tidak saya temui di kota kelahiran yang membesarkan saya hingga saya belum merantau.

Kesan ramah ini jadi sambutan yang hangat, sambutan yang positif dan membuat saya nyaman untuk merencanakan hidup di Jogja hingga beberapa tahun kedepan. Betapa menyenangkannya hari-hari saya kelak apabila dikeliling saya banyak orang-orang ramah yang tidak pelit hanya untuk tersenyum. Bahkan sampai sekarang pun gue masih menemui orang-orang dengan senyum khas yang ramah itu. Dimanapun.

Alasan lain kenapa jogja itu nyenengi adalah jogja diberikah keberkahan oleh tuhan untuk memiliki banyak tempat wisata, bahkan tidak pernah ada habisnya. Jogja memang istimewa. Lihat saja pariwisata nya. Kamu mau wisata pantai? Silahkan berlari kea rah selatan. Kamu ingin mengenal lebih jauh tentang ke-istimewaan jogja? Silahkan berjalan menuju keraton dan bertemu-lah dengan masyarakat asli jogja. Kamu ingin tahu tentang Merapi yang Tak Pernah Ingkar Janji? Silahkan mendaki ke utara. Kurang apalagi jogja ini? Pantai ada, gunung ada, sejarah ada, bahkan jogja yang sudah mulai digerus oleh modernitas pun saat ini sudah terlihat.

Mau belajar tentang sejarah & Budaya Jogja?
Datang ke keraton
Berwisata di jogja tidak hanya cukup dengan daftar paket wisata selama 3Hari 2Malam atau 4Hari 3Malam. Bahkan untuk yang sudah bertahun-tahun pun dirasa belum cukup untuk mengelilingi daerah istimewa ini. Bukan hanya berkeliling menikmati keindahan yang tuhan berikan kepada Jogja. Tetapi juga merasakan betapa kedamaian itu masih ada di jogja hingga saat ini. Tidak akan tergerus oleh zaman yang semakin maju.
Mau merasakan keramahan jogja? datang ke pasar-pasar
yang ada di jogja


Buat saya sebagai seorang perantau, melihat jogja saat ini adalah melihat miniature Indonesia. Bagaimana keberagaman yang ada di Indonesia itu ada di Jogja. Jogja tidak pernah melarang saya yang berasal dari Banten untuk menggunakan bahasa kejawen. Namun, saya memang sudah sewajarnya mempelajari bahasa yang ada disini. Agar interaksi dengan masyarakat sini pun tidak terlalu sulit. Mempelajari bahasa bagi saya adalah mempelajari tradisi yang ada di tempat kita tinggal.

Kamu berasal dari ujung timur Indonesia? Atau berasal dari ujung barat pulau Sumatera? Silahkan, jogja akan selalu membukakan pintu bagi siapa saja yang ingin datang ke jogja dan mencari ilmu di jogja. Jogja selalu menunjukkan ke-istimewaannya dengan membuka pintu kepada siapa saja yang ingin mencari ilmu, bahkan untuk mereka yang hanya sekedar ingin berwisata.

Di jogja, tidak ada manusia yang menjadi minoritas. Semua bahkan menjadi prioritas. Tergantung bagaimana kita memposisikan diri. Tidak ada perbedaan suku, ras, bahkan agama di Jogja. Bahkan seluruh kepercayaan yang ada di Indonesia ada di Jogja. Maka dari itu, menjadi Jogja, menjadi Indonesia. Dimana jogja menjadi kota yang tumbuh dengan segala ke-istimewaannya dan tempat bernaung orang-orang seperti saya dan ribuan orang lainnya yang ingin merasakan bagaimana keistimewaaan jogja yang sesungguhnya. Karena Lari Ke Jogja jadi pilihan teristimewa bagi saya.