May 12, 2014

Menolak Lupa

12 Mei 1998 mungkin adalah hari yang paling kelam dalam dunia mahasiswa Indonesia, terutama untuk Universitas Trisakti. Bagaimana tidak Banyak korban luka yang berjatuhan dari tragedi ini. Selain itu juga, ada beberapa mahasiswa yang kehilangan nyawa akibat tragedi ini.


Peristiwa ini bermula saat mahasiswa Indonesia sudah merasa gerah akibat pemerintahan yang saat itu di presideni oleh Soeharto terkenal dengan sistem yang sangat otoriter. Mahasiswa memperjuangkan suara rakyat yang meminta Pak Suharto untuk mau mundur dari jabatannya.

Ribuan mahasiswa turun ke jalan. Menuntut "Reformasi" ditubuh pemerintahan negeri Indonesia tercinta ini. Memang pada saat itu, pemerintahan Indonesia bersifat otoriter dengan kekuasaan militernya.

Mereka hanya menuntut kebebasan di negeri ini. Tanpa harus takut untuk mencari dan memberi informasi tentang bobroknya ini. Perlakuan pemerintah saat itu memang benar-benar otoriter. Bagaimana tidak, pemerintah melarang kebebasan pada pers dalam memberitakan "keburukan" dari bobroknya pemerintahan pada saat itu. Semua informasi yang berkaitan dengan keburukan pemerintah dilarang untuk terbit. Bahkan, sampai ada yang diculik apabila berani menurunkan berita itu.

Gue memang belum tau apa-apa tentang kejadian ini. Tapi, gue mulai mempelajari kejadian ini dari zaman gue SMA. Gue baca beritanya, gue liat video-video rekamannya, bahkan sampai liat filmnya yang judulnya "Tragedi Trisakti"

Dari film itu gue cuma bisa menyimpulkan bahwa memang pada tahun 1998 adalah tahun yang kelam bagi dunia pendidikan, terutama untuk para aktivis-aktivis mahasiswa. Mungkin, apabila ditanya soal tragedi ini sebagian dari mereka akan menjawab "Menuntut keadilan".

Ternyata, banyak dari petinggi-petinggi negeri ini sekarang yang pada saat itu dituding memiliki peran dalam tragedi mei 1998. Bahkan saat ini ada dari petinggi tersebut sedang dalam proses menjadi calon seorang presiden.

12 Mei 2014, sudah 16 tahun berlalu tragedi ini. Namun, masih tetap saja ada rasa duka yang sangat mendalam bagi keluarga, dan kerabat dari mahasiswa yang memang menjadi korban pada saat tragedi mei 1998.

Belum ada langkah nyata untuk mengadili para pelaku yang sudah nyata memiliki peran pada saat itu. Belum ada keberanian dari para aparat negara untuk mengadilinya.

Setiap memperingati tragedi 12 Mei 1998, hanya satu tuntutan dari rekan-rekan mahasiswa. "Adili" mungkin kata itu jadi sangat lebih bermakna. Karena apa yang dialami pada saat itu tidak sebanding dengan apa yang saat ini dilakukan. Mungkin rasa keadilan bagi mereka telah cukup untuk membalas semuanya. Keadilan yang benar-benar berpihak pada korban.
Jangan Lupakan 12 Mei


Bagi para mahasiswa, 12 Mei adalah hari yang sangat berharga. Karena, di tanggal inilah rekan, teman, saudara, dan keluarganya berani untuk menjadi pahlawan. Seorang pahlawan reformasi yang berani dalam menyuarakannya sebagai warga negara. 12 Mei seharusnya menjadi hari yang begitu penting bagi negeri ini. Kalau tidak ada mahasiswa siapa lagi yang berani menyuarakan aspirasi untuk melawan KKN yang telah mendarah daging di negeri ini ?

Bukankah negara ini juga perlu sebuah aspirasi yang membangun demi maju nya negeri ini. Di negeri tercinta inilah gue, lo, dan temen-temen mahasiswa berharap agar menjadi lebih baik. Lebih baik tidak hanya pada saat berjanji di kampanye, ataupun memberantas korupsi dengan tanpa tebang pilih. Negeri ini bukan untuk menjadikan seseorang lebih kaya secara pribadi. Tetapi harus ada pemerataan. Tidak perlu blusukan, tapi bukti nyata. Tidak perlu hanya sebatas mengunjungi keluarga korban, tapi berani untuk diadili. Adanya perataan HAM juga masih menjadi pekerjaan rumah yang tidak hanya ditujukan untuk warga di negeri ini, tapi untuk para petinggi yang sedang duduk manis di gedung nan mewah di senayan sana. Lihatlah warga dibawah mu, yang untuk memperoleh sesuap nasi saja sulit.

Tidakkah kalian tersentuh wahai para jendral dan para petinggi di negeri ini akan Hak yang seharusnya setara ? Sengajakah kalian untuk "lupa" akan tragedi ini ? saat ini bukan zamannya lagi untuk melakukan hal dengan sebuah kekerasan seperti apa yang dialami oleh teman-teman korban tragedi 12 Mei. Saat ini sudah waktunya bagi gue dan teman-teman lainnya sebagai mahasiswa yang lebih berusaha untuk membaktikan ilmu pengetahuannya bagi hal-hal yang lebih berguna. Jangan pernah malu dan putus asa bahkan hingga berhenti untuk meneriakkan keadilan di negeri ini walaupun hanya kebenaranlah yang menjadi hal terakhir yang dapat di teriakkan. Teriakkan dengan lantang untuk kebenaran. Jangan mau untuk "menolak lupa" terhadap sebuah kebenaran.

0 comment: