Feb 24, 2016

Jogja Never Ending "Asia"

Pulang Ke Kotamu
Ada setangkup haru dalam rindu
Masih Seperti dulu 
Tiap sudut menyapaku bersahabat

Pernah denger sepenggal lirik dari lagu itu? 

Yaap, itu adalah penggalan lirik dari lagu yang paling membekas hingga saat ini. Kla Project dengan judul Yogyakarta. Sebuah lagu yang begitu khas bagi siapa saja yang tinggal ataupun singgah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Baik itu di Gunung Kidul, Sleman, Kulon Progo, Bahkan sampai di Kota Yogyakarta itu sendiri. Lagu di atas sering menjadi lagu andalan bagi para musisi jalanan yang mengais rejeki di setiap sudut kota Jogja. Lagu itu semakin terasa istimewa bagi kita yang  memang punya kedekatan khusus dengan kota istimewa ini. Termasuk gue.

Iya, gue seseorang yang sedang mencoba peruntungan hidup di kota ini. Sedang belajar di salah satu Universitas Swasta di kota yang dikenal dengan kota pelajar. Sedang merintih membuka jalan untuk masa depan gue kelak. Sedang menangis demi kebahagiaan hidup gue kelak. Di kota ini, gue belajar semuanya. Termasuk tentang keindahan kota ini yang emang ngga pernah ada abisnya. Dari sudut ke sudut, kota ini sama sekali ngga pernah bikin gue bosan. Terutama untuk menjamah dan menjelajahinya. Bahkan ngga cukup 1 sampai 2 kali aja atau mencari dan menemukan surga dunia yang baru.

Banyak tempat-tempat yang wajib di datangi buat kalian yang baru pertama kali mengunjungi kota ini. Mau tempat yang mainstream? Banyak, Sebut aja:

1. Malioboro
2. Keraton Jogja
3. Taman Sari
4. Pantai Parangtritis
atau Goa Pindul yang setiap weekend kaya lautan manusia yang tumpah ruah di dalam goa. Bahkan, pernah beberapa kali Goa Pindul ini ngga bisa gerak sama sekali. Kaya tol lingkar dalam Jakarta yang setiap senin macet total. Atau tol Cikampek yang setiap lebaran banyak kendaraan yang lewat sana. Mungkin, 5 tempat tadi masih ada yang bisa menambahkan (lagi) tempat-tempat mainstream yang ada di Yogyakarta.

Bosan sama tempat-tempat mainstream diatas?
Pengen coba tempat baru yang sensasinya cuma ada di Yogyakarta?

ADA!

Gue, selama tinggal disini tidak pernah kehilangan akal untuk membawa mereka-mereka yang akan dan sangat membutuhkan sebuah suasana khas di kota ini.

Kita mulai dari sisi utara Yogyakarta (Biar tau, utaranya ngadep gunung merapi yang gagah). 

1. Merapi
Terletak di kaki gunung Merapi, kita bisa merasakan sensasi naik mobil jeep di jalur yang berbatu khas dari gunung Merapi. Kita juga bakal diajak untuk mengenang dan mendoakan mereka yang telah lebih dahulu meninggalkan kita akibat dari "ganas"nya Gunung Merapi. Dengan menggunakan Jeep, kita diajak untuk mengenang jasa dari Mbah Marijan dan beberapa korban lainnya di Museum mini yang "konon" menjadi tempat bertahannya Mbah Marijan. Disana masih lengkap kendaraan yang ikut terbakar panasnya letusan gunung merapi.

Selain itu, kita juga bisa mengunjungi museum merapi. Sekalian liburan kita bisa sambil belajar juga looh disana. Kita bakalan belajar gimana merapi itu meletus bahkan dari tahun pertama. Bisa dibilang kita bakal belajar sejarah. Eits, bukan cuma itu, kita juga diajak untuk tahu bagaimana gempa itu bisa mempengaruhi gunung merapi. Seru kan?

Sekarang, wisata itu hampir mendekati mainstream. Karena,setiap orang yang akan berkunjung ke Yogyakarta maka akan menjadi hal yang sangat wajib berkunjung ke wilayah utara Yogyakarta. Kamu kapan mau coba?

2. Caving Tube ala Batu Purba

Pernahkan kita ngeliat film yang ada manusia-manusia di zaman purba? atau kita lihat sejenisnya seperti batu atau ukiran yang menempel di goa-goa? 

Ternyata di Yogyakarta ada semua looh. Berkunjung lah ke wilayah Gunung Kidul. Dimulai dari Goa pindul yang memang sudah menjadi hits karena pernah menjadi syuting beberapa acara baik televisi maupun serial youtube. Iya, semua orang sekarang tau goa Pindul itu banyak kelelawar dan stalagnit dan stalagtit.

Selain Goa Pindul, ternyata muncul beberapa tempat baru yang mulai ditemukan. Sebut saja Kali suci dan Goa Jomblang. Goa ini juga tidak kalah fenomenal dari Goa Pindul. Penasaran kaan gimana rasanya? 

3. Wisata "Ala" Pantai Selatan


Wisata pantai yang terkenal saat ini mungkin hanya di beberapa wilayah Indonesia saja. Sebut saja Bali yang memang tidak pernah habisnya dengan wisata pantai nya. Dan juga NTT dan NTB yang memang terkenal dengan wisata pantainya, terutama yang berada di wilayah Lombok dan sekitarnya. Atau Raja Ampat yang menjadi primadona wisata untuk wilayah Indonesia Timur. Tidak akan ada yang mengelak akan ketiga wilayah tersebut. Bahkan gue pun pengen kesana! Ngerasain indahnya pantai yang biru bagai cermin.

Di Yogyakarta, wisata pantai pun ngga kalah keren sama ketiga wilayah yang gue sebutkan diatas. Dari mulai wilayah Kulon progo (Barat Kota Yogyakarta), Pantai Parang tritis hingga Pantai Goa Cemara adalah wisata pantai favorit di wilayah Bantul (Selatan Kota Yogyakarta), Pantai Baron hingga pantai-pantai baru nan indah pun dimiliki oleh Kabupaten Gunung Kidul (Timur Kota Yogyakarta) seolah melengkapi keindahan wilayah pesisir dari kota pelajar ini.

Kalau kamu mau menikmati ombak dan sunset, pergilah ke pantai parangtritis yang memang sudah lebih dulu mainstream dibanding pantai-pantai lainnya. Dengan cerita mistisnya pantai ini dikenal orang kebanyakan. Namun, tidak menyurutkan para wisatawan untuk tetap berkunjung ke Pantai Parangtritis.

Bergeser ke wilayah Gunung Kidul kita akan disuguhkan oleh ciptaan tuhan yang paling indah. Terutama untuk wilayah pesisirnya. Mau jenis pantai yang seperti apa? Ombak biru? Ombak yang besar untuk berselancar? kamu ingin menikmati berjalan diatas dua karang yang dibawahnya ada deburan ombak khas pantai selatan? Atau ingin bermain dengan ikan-ikan yang snagat cantik di dasar laut? Semua ada di pesisir Gunung Kidul.

Jogja Never Ending Asia seolah tetap melekat hingga saat ini meskipun sekarang sudah berganti menjadi Jogja Istimewa. Slogan ini saling melengkapi satu sama lain. Tidak ada yang tidak baru di Yogyakarta yang memang istimewa ini. Selamat datang di Yogyakarta. Selamat menikmati liburan. Dan jangan buang sampah sembarangan.

Feb 23, 2016

Laki-laki Masa Depan

Wooowww..... Selamat datang di semester 6,

Semester ini mulai menunjukkan bagaimana seseorang dengan gampangnya dibilang "tua." Iya, semester ini juga adalah semester awal buat gue dan teman-teman seperjuangan lainnya di seluruh Indonesia untuk lebih memikirkan masa depannya. Pernah gak sih kalian denger kata-kata keramat dengan awalan Kapan?

"Kapan Kamu Lulus?"
"Kapan Kamu Kerja"

atau yang lebih ekstrimnya lagi, akan muncul sebuah pertanyaan yang berawalan kapan, yaitu:
"Kapan Kamu Nikah?"

Gue sampai garuk-garuk kepala kalau ada orang yang nanya kaya gini. Gue belum mampu jawab. Iyalah, duit aja masih minta sama orang tua. Dikasih aja udah bersyukur. apalagi gue minta nikah. Ntar mau dikasih makan apa istri dan anak gue nantinya. Rumput?

Tapi tenang, pertanyaan-pertanyaan tersebut bukan hard question yang tidak akan mungkin kita jawab kok. Seiring berjalannya waktu tentu satu persatu pertanyaan itu akan dengan mudah terjawab dengan sendirinya. Percaya gak sih sama apa yang sudah digariskan tuhan tentang rejeki, pekerjaan, dan jodoh?. Iya, gue percaya soal itu. Tapi, gue juga bakal tetep usaha untuk mencapai itu semua.

Perlahan tapi pasti, gue mulai mengerti kemana kaki gue ini akan melangkahkan hidup gue. Gue mulai mengerti kemana kedua bola mata ini akan menatap. Dan gue juga akan mengerti gimana kedua tangan gue ini menuliskan berbagai macam keindahan di hidup gue dari sekarang dan di masa yang akan datang untuk gue. Gue nggak bisa lari gitu aja. Gue harus hadapi setiap prosesnya. Jatuh bangun soal biasa di dalam hidup. Kalau kata orang tua sih gini:

"Hidup tanpa masalah sama aja kaya sayur tanpa garam. Begitupun dengan kebahagiaan yang seolah menjadi pemanis dalam hidup dengan berbagai masalahnya."

Hidup bahagia itu gimana sih? Apakah cukup punya istri cantik dan atau punya suami ganteng? atau cukup punya rumah mewah dan mobil mewah? atau ada hal lain yang bikin hidup lebih bahagia?

Sebagai laki-laki, tentunya gue juga pengen hidup lebih dari cukup. Punya istri cantik dan sholehah, anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya, bahkan punya sebuah hunian yang tidak terlalu besar namun nyaman untuk kita kembali saat kita jauh, dan kendaraan yang bisa digunakan untuk melepas lelah dan menggantinya dengan senyum kebahagiaan. Pengen kok gue juga.

Tapi, hidup nggak semudah membalikkan telapak tangan. perlu ada usaha, doa, dan kerja keras yang dimulai dari cita-cita. Dari cita-cita itu gue mulai coba merangkai puzle-puzle hidup yang belum tersusun. Percayalah usaha tidak akan membohongi hasil pada akhirnya. Usaha keras bakal bikin kita berhasil nyusun puzle-puzle hidup itu dengan akhir yang bahagia. Sempurna.

Sebagai laki-laki yang akan menuju masa depan, tentunya gue mulai mencari-cari apa yang nantinya akan gue butuhkan. Salah satunya dengan cari tahu gimana gue bisa melindungi diri gue dan masa depan gue nantinya yang tentunya keluarga kecil gue. Buat gue, perlindungan diri adalah hal yang paling penting. Tanpa perlindungan diri gue cuma bebas terbang gitu aja. Mungkin belum tau masalah apa yang gue hadapin.

Sebenernya, sekarang itu udah serba mudah. Melindungi diri kita dengan Asuransi juga mampu melindungi diri gue. Dari mulai kesehatan, hingga pendidikan buah hati gue di masa yang akan datang. Betewe eniwe buswe, gue menemukan cara gue untuk berhayal dan tentunya bermimpi bagaimana gue di 5 tahun yang akan datang. Dan gue mulai menyusun mimpi-mimpi gue dari sekarang. Dan mulai membayangkan bagaimana gue memulai segalanya di 5 tahun yang akan datang itu.

Commonwealth life, mengajak gue dan kalian yang masih memiliki impian yang begitu besar untuk turut serta bermimpi dan mencurahkan impian kita dalam Write The Future Contest yang bertemakan "My Life in The Next 5 Years"


  

Contest ini mengajak kita untuk memikirkan bagaimana kita di 5 tahun yang akan datang. Akan seperti apa kita di masa yang akan datang.Kalau gue sih pengen hidup bahagia di masa yang akan datang. Ngga mau rasanya gue mengulangi masa lalu gue yang agak kurang menyenangkan. Skip soal itu, gue mau memotivasi diri gue sendiri tentang masa depan gue.Mau jadi apa gue 5 tahun yang akan datang? Semuanya udah gue curahkan di Contest Ini sambil ngasah kemampuan gue dalam menulis. Gue juga sambil memikirkan apa yang akan gue lakuin di 5 tahun yang akan datang. Siapa tau kan gue, atau elo, dan kita yang ikut kontes ini bisa dapet kamera fujifilm buat mengabadikan momen-momen indah yang terjadi di setiap detik kehidupan kita.

Hidup kita ini berharga looo di setiap detiknya. Sayang kan kalau hal berharga engga kita abadikan atau kita rasakan dengan penuh kebahagiaan?

Karena sebagai (calon) kepala keluarga yang baik gue harus belajar jadi laki-laki yang baik dan bertanggung jawab di masa depan. Hidup bahagia dan sejahtera adalah mimpi buat diri gue sendiri.

Feb 12, 2016

Bermain Dengan HIU

Siang ini sebenernya siang yang paling membosankan. Iya membosankan, karena hujan. Kegiatan seorang mahasiswa kalau lagi liburan kan paling cuma main, makan, tidur, dan liat timeline dari seluruh sosial medianya. Gotcha, itu juga sering gue lakukan. Scroll up- scroll down sampe bego gitu terus. Tapi, siang ini timeline Line gue menunjukkan sebuah manfaat. Gue melihat ada salah satu orang yang memposting tentang HIU. 

Menarik, karena isu tentang kepunahan HIU sebenernya sudah didengungkan dari lama. Gue mulai mendengar isu HIU itu sendiri sebenernya udah dari tahun 2014. Menurut beberapa sumber yang gue baca, HIU sudah mulai mengalami kepunahannya. Dimana HIU mulai diambil siripnya baik untuk makanan, ataupun untuk bumbu dari makanan. Sekarang-sekarang ini mulai bertumbuh restaurant besar yang menjual. Gatel dan penasaran, gue mencoba untuk browsing dan cari tau kebenarannya. Dan, tepat! gue menemukan beberapa artikel di web kenamaan dan memang khusus membahas tentang Sirip Hiu. Gue menemukan artikel itu di bagian gaya hidup. IYA, makan Sup Sirip HIU sekarang udah jadi gaya hidup. Untuk siapa? Ya untuk mereka yang memiliki penghasilan besar dan berdompet tebal. 

Bayangin aja, cuma dengan 198 ribu, kita bisa dapetin satu porsi sup sirip HIU. Mahal? Iya buat mahasiswa perantauan kaya gue ini. Murah? mungkin, apalagi buat mereka yang berkantong tebal. Dalam artikel tersebut, gue menggaris bawahi kutipan wawancara antara coorporate marketing manager dengan koran (awalnya) yang kini membuat portal online, kutipannya sebagai berikut: 

"Menu ini mudah didapatkan dan murah. Untuk itu, menu ini selalu menjadi unggulan di restoran kami." 

Gilaa, dengan gampangnya orang tersebut bilang kaya gitu. Padahal dilautan yang luas ini, HIU menjadi primadona. Bayangin gimana gue, elo, dan kita kalau pergi ke wilayah timur Indonesia saat sedang berlibur dan mencoba kegiatan di bawah laut dan saat itu juga kita bertemu dengan segerombolan HIU yang (katanya) ganas tapi menawan. 
Seru, kita jadi punya cerita sewaktu pulang berlibur. Bahkan bisa jadi cerita di masa yang akan datang untuk anak dan cucu kita.

"Nak, dulu bapak pas berlibur di Raja Ampat pernah berenang bareng HIU loohh."

"Masa sih pak, waah kan HIU itu ganas, suka memakan ikan yang lebih kecil." Kata anak kita nanti.
wwf.or.id

Dari pertanyaan itu kita bisa mengembangkan jawaban. Kenapa HIU memakan ikan yang lebih kecil, kenapa HIU juga menawan saat mereka bersama gerombolannya. Sama kaya lumba-lumba yang juga sama-sama menawan. Apalagi kalau mereka secara bersama-sama.

Kembali ke bahasan awal, gue setuju dengan postingan mbak-mbak yang ada di sosial media gue. Iya, HIU memang pantas dilindungi. Bukan sekedar isapan jempol belaka. HIU yang dilindungi bukan hanya milik masyarakat sekitar wilayah yang di dasar lautnya ada HIU, tapi negara ini bahkan internasional pun mengeluarkan kebijakan bahwa jenis HIU menjadi hewan yang dilindungi. 

Ada peraturan seperti yang dikeluarkan Konvensi Perdagangan Internasional bahwa Spesies yang Terancam Punah (CITES) telah memasukkan 17 jenis HIU dan Pari yang harus dilindungi. Selain itu juga,  pemerintahan negara Republik Indonesia baik di tingkat pusat maupun daerah juga mengeluarkan peraturan untuk melindungi HIU dan sejenisnya serta melarang keras segala jenis penangkanan HIU dan spesies sejenisnya (Baca: Peraturan pemerintah NO 7 Tahun 1999, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.12 dan 30 Tahun 2012, serta perda kabupaten Raja Ampat No. 9 Tahun 2012.)

Seyogyanya peraturan ini bukan sebagai pengisi kertas yang kosong. Juga bukan sebagai oretan dari mereka yang menduduki jabatan tertinggi di negara ini. Dan juga bukan sebagai pidato yang hanya lewat bagi kita sebagai warga negara yang baik. Dan sebagai warga negara yang baik, gue baru bisa mendukung gerakan-gerakan yang berkaitan dengan penghentian penjualan HIU dimanapun itu. Cara gimana? 

Yuk dukung gerakan dengan berkunjung ke Web WWF Indonesia.

Dengan memberikan satu suara saja berarti kita ikut mendukung satu gerakan dan ikut menyelamatkan satu HIU. Bayangkan jika HIU dengan berbagai macam jenisnya menjadi wisata andalan dari sektor kelautan di negeri ini. Bayangkan jika suatu saat nanti kita diberi kesempatan berkunjung ke Raja Ampat atau pulau-pulau lainnya di Indonesia yang terdapat HIU dan kita berenang bersama di sana bersama anak cucu kita nanti. Akan menjadi keunggulan sendiri bagi negara Indonesia tercinta ini. 

Indonesia adalah negara dengan wilayah laut yang lebih besar dari wilayah daratnya. Dari ujung Sabang sampai ujung Merauke pasti punya laut dengan keindahan yang beragam. Ada yang berwarna biru jernih bahkan sampai pasir yang berwarna pink. Gilaaa, keren kan Indonesia?

Kapan lagi kita mendukung gerakan yang memang untuk kebaikan negeri ini bahkan  kebaikan dunia internasional. Kapan lagi kita mendukung pariwisata Indonesia yang memang gak pernah ada habisnya dan paling terkenal di seluruh dunia. Bahkan untuk urusan pariwisata sektor laut negara kita mengalahkan tetangga kita Malaysia dan Singapura. Keren kan?

Kita keren karena dukungan kita. Yuk, kita selamatkan HIU mulai dari hal kecil. Jangan beli segala jenis makanan yang mengandung HIU. Jangan beli berbagai macam aksesoris dari HIU. Dan adukan apabila melihat penjualan HIU di pasaran. Mulai dari diri sendiri untuk Indonesia tercinta.

Feb 1, 2016

Hobi yang Menyenangkan adalah Hobi yang Dibayar

Wah liburan ternyata bikin gue engga produktif berkarya. Iyalah, kerjaan gue selama liburan cuma makan, main, tidur. Siklus yang gue sadari semakin membuat gue malas dan semakin bodoh. Otak diasah cuma buat makan tanpa menghasilkan apa-apa. Abis makan ya tidur, kalau ada temen ngubungin paling main, itu juga paling diajak main ke tempat makan ala-ala gitu. Ala-ala anak hitz. Jarang pulang bikin gue aneh sama kota kelahiran gue. Entah kenapa di kota ini sekarang banyak tempat nongki ala anak hitz yang instagram-able gitu.

Beberapa hari yang lalu, gue ketemu sama temen lama gue. Sekarang dia udah semester akhir dan temen gue satu lagi udah kerja. Nah, temen gue yang satu lagi ini sekarang baru sadar untuk menyambung masa depannya dengan kuliah. 

Selama ini, temen gue yang satu itu tetep keras kepala untuk apa kuliah kalau pada akhirnya bekerja juga. Iya emang bener, tapi bukan gitu tujuan gue. Sedikit intermezzo kenapa gue lebih memilih kuliah di luar kota daripada di kota sendiri. Coba baca deh Merantau terus gue juga punya Mimpi yang begitu besar. Makanya gue sekuat tenaga untuk kuliah di luar kota.

Sebenernya, tulisan ini bukan mau membahas soal itu. Karena udah ada beberapa tulisan yang membahas masalah itu. Masalahnya baru muncul waktu kita sedikit banyak bicara soal hobi kita masing-masing. hobi dari zaman kecil ataupun hobi yang sekarang. Hobi yang ditekuni atau cuma buat seneng-seneng aja. Gue sempet memulai pembicaraan tentang hobi ini. Gue tanya ke mereka satu-sati tentang hobi mereka. Jawabannya beragam. Yang satunya jawab dia hobinya random tergantung mood, yang satunya jawab dia gatau hobinya apa karena dia juga masih bingung dia punya keahlian apa untuk mendukung hobinya.

Gl: Gue kalau punya hobi ya tergantung mood. Kadang punya hobi naik gunung kadang punya hobi tidur wahaha. "Kata temen gue gitu"

mam: yaelah, elo nanya hobi ke gue. Gue aja gatau bisanya apa.

Dua jawaban di atas sempet bikin gue terdiam. Antara males dan kurang mood untuk melanjutkan percakapan ini. Karena percakapan ini kurang menarik buat gue. Padahal gue lagi gencar untuk saling berbagi cerita tentang hidup apalagi tentang hobi.

Entah kenapa, gue semakin menggebu untuk melanjutkan hobi gue yang satu ini. Yaa, gue adalah orang yang seneng di dunia fotografi. Karena hobi ini juga gue sudah mengunjungi beberapa kota. Ya walau belum banyak sih. Malah bisa dibilang baru memulai kembali.

Sedikit flashback, gue memulai hobi ini waktu gue kelas 2 Sma. Waktu itu, gue masih belajar terus pinjem alatnya ke sahabat gue. Setelah itu, gue dibeliin alat sama nyokap. Dari situ gue mulai tekunin sampe sekarang. Awalnya gue adalah orang yang minder. Kenapa? Karena gue belum bisa. Tapi, seiring berjalannya waktu gue mulai bisa memaksimalkan seiring juga bertambahnya ilmu yang ada di kepala gue. Dan dari merantau inilah gue banyak dapet ilmu.

Dari hobi ini gue pernah ke Tangerang dan Jakarta pas gue SMA. Pas SMA, buat ke Jakarta atau Tangerang aja lumayan butuh pengorbanan. Walau cuma sebatas mengikuti lomba dan belum menuai hasil yang diharapkan. Namanya juga masih pemula.

Hobi ini terus gue lanjutkan walau sekarang gue udah engga punya alat yang memadai. Dengan bermodal alat pinjaman juga gue sekarang terus melanjutkan hobi ini. Akhir tahun 2015 lalu, gue berhasil menginjakkan kaki di Bali berkat hobi gue. 

Bedanya adalah hobi gue sekarang ini bukan cuma sekadar hobi dan hanya untuk di lombakan. Hobi gue ini juga sudah mulai dibayar. Walau hasilnya engga seberapa, tapi gue merasa seneng. Berarti ada yang mau mengapresiasi karya gue walau belum seberapa mahir. Berkat kesempatan ini, gue semakin bersemangat untuk terus mengembangkan karir gue melalui hobi gue ini. Emang bener kata orang, kalau Hobi yang menyenangkan adalah hobi yang dibayar. Masih mau gak punya hobi