Jun 17, 2014

Peringatan (untuk) Mensyukuri Hidup

Assalamualaikum *senyum syariah*
Jadi ceritanya gini yaah..... Gue malam ini seperti biasa habis berkeliling kota jogja ditemani si biru dan seorang wanita yang menurut gue bisa bikin perut melilit kaya abis di puter-puter. Kurang jelas juga muter-muterin apa. Yang mau gue ceritain malam ini bukan tentang jalan-jalannya gue.

Ceritanya kita berhenti di salah satu lampu merah di deket daerah mirota kampus. Yang bersebelahan juga dengan salah satu sekolah favorit di kota jogja. Memang gak ada yang menarik dari setiap lampu merah. Hanya berbagai macam kendaraan yang saat itu sedang berhenti sejenak sembari diikuti setiap pelanggaran lalu lintas yang mereka lakukan.

Tapi, seketika mata gue mulai merasa ada sesuatu yang mengganggu di sebelah kiri dari gue berhenti. Ada seorang anak kecil yang lagi ngambil sobekan-sobekan pamflet yang menempel disekitar tembok sekolah negeri itu. Gue semakin penasaran buat menelaah apa yang anak kecil lakuin dengan sobekan-sobekan pamflet itu. Mata gue gak lepas dari pandangan yang mengarah tentang anak kecil itu. Ternyata, sobekan-sobekan pamflet itu dijadikan sebagai alas tidur. Anak kecil itu nyobekin pamflet yang nempel di tembok buat bantal dan alas.

Ternyata, bukan cuma sendiri. Anak kecil itu tidur di trotoar bareng sama 2 temennya. Mereka tidur dengan santainya di trotoar deket lampu merah tanpa harus memikirkan betapa dinginnya udara malam ini. Mereka seolah tanpa beban dalam hidup ini. Meskipun mereka lebih kekurangan segala-galanya.

Setelah ngeliat mereka gue jadi keinget adik gue yang mungkin masih seumuran dengan mereka. Yang seharusnya mereka masih menuntut ilmu di tempat yang semestinya. Tapi, mereka harus berjuang melawan kehidupan. Gue suka ngebayangin gimana kalau gue sekeluarga ada di posisi itu. Mungkin gue gak akan bisa se-kuat dan se-tegar mereka.

Gue termasuk orang yang antipati terhadap Gepeng. kenapa gue antipati banget sama mereka ? Karena gue merasa mereka itu masih ada orang tua yang seharusnya bekerja keras untuk menafkahi anak-anaknya bukan malah anak-anaknya yang harus banting tulang demi menafkahi orang tuanya.

Mungkin fikiran jelek ini yang buat gue begitu (kurang) suka terhadap gepeng disamping memang lapangan pekerjaan di negeri ini yang belum sebanding dengan SDM yang ada.

Terlepas dari itu semua gue gak pernah mau peduli soal mereka. Gue sering merasa berada diatas dari mereka. Gue sering merasa lebih mampu dari mereka. Gue masih punya orang tua kok yang masih bisa ngidupin gue.

Stigma diatas secara perlahan mulai hilang dari fikiran gue semenjak gue merantau. Apalagi setelah kejadian yang mungkin setiap orang juga gak akan pernah mau ngalamin ini. Gue juga kalau dikasih tuhan dua pilihan antara menghadapi atau lari dari masalah ini mungkin gue lebih milih lari dan menghindar. Karena, gue yakin semua orang gak akan ada yang mau.

Memang sedikit banyak merantau lah yang merubah sedikit demi sedikit pola hidup gue. Apalagi setelah gue merasakan gimana susahnya mencari uang hasil sendiri. Ngerasain apa yang orang tua gue juga rasain terlebih dahulu.

Sepanjang jalan setelah apa yang gue liat cuma kata bersyukur yang ada diantara lidah dan rongga mulut gue. Ternyata, dibalik semua masalah yang dateng dan pergi buat gue itu cuma sebagai peringatan dan tanda kalau tuhan itu sayang sama gue dan keluarga gue. Peringatan supaya gue juga bisa lebih mensyukuri hidup.

Banyak diluar sana ternyata yang hidupnya masih jauh dari kata "layak". Padahal di samping anak-anak kecil itu tidur ada pamflet, spanduk, bahkan baliho tentang para calon presiden kita yang nantinya salah satu dari mereka akan memimpin negeri ini.

Cuma sedih yang bisa gue rasain ngeliat mereka yang seperti itu. Apalagi mereka harus miskin di negeri yang kaya ini. Entah...............

Entah mesti berapa banyak lagi kata "Syukur" yang mesti gue ucapkan, gue rasakan, dan gue amalkan kepada sang Khalik. Tuhan masih sayang dengan gue dan keluarga gue. Gue masih bisa makan enak meskipun gak setiap hari. Gue masih bisa tinggal di tempat yang nyaman meskipun mesti sama-sama. Gue juga masih bisa melancong dengan kendaraan yang sederhana. 

Semoga Tuhan gak cuma sayang sama gue dan keluarga gue, tapi sayang dengan mereka yang serba terbatas seperti apa yang gue lihat barusan. Semoga Tuhan mengangkat derajat wajah polos mereka dari kejamnya dunia ini.
Ah tuhan, terima kasih atas anugerah Mu selama ini. Terima kasih segala hal yang engkau berikan kepada hamba. Dari manis pahitnya hidup serta kesederhanaan ini.

"Cukup dari hal yang paling kecil, sederhana tapi manis"-Hira-

Tulisan ini cuma mewakili apa yang gue lihat dan gue rasakan. Apabila ada kekurangan dalam penulisan mohon maaf.

Jun 3, 2014

Sebuah Perjalanan Alam

*naik kereta api tut tut tut*
inget lagu diatas ?

Lagu itu merupakan lagu dimana gue zamannya masih kecil dulu. Gue selalu inget lagu itu karena lagu itu berkaitan dengan moda transportasi yang paling banyak dipergunakan. yaa, kereta api.

Sampai sekarang, kereta api masih menjadi salah satu transportasi yang begitu populer bagi masyarakat indonesia khususnya di pulau jawa. Dari zaman nenek gue masih muda sampe udah keriput sekarang, kereta tetep masih jadi primadona.

Jadi, ceritanya gue mau pulang ke perantauan gue pakai kereta api *horee*. sebelum gue merantau, jarang banget yang namanya pakai kereta api. Mudik juga mesti pakai bus, maklum aja kan kampung halaman nenek gue gak ada jalur kereta api hehe.

Gue yang menggunakan waktu liburan "harpitnas" di akhir bulan mei 2014 memutuskan untuk menggunakan kereta api untuk kembali ke kota perantauan. Emang ada kereta yang langsung dari kota asal gue. Tapi, cuma ekonomi ac yang bisa bikin badan remuk kalau udah di kosan.
oke gue mutusin buat naik kereta api yang kelas nya paling "top" yap, gue pengen coba naik kereta api kelas executive . Gue harus rela berangkat dari kota kembang demi naik kereta kelas ini. Karena, dari jakarta tiketnya sudab habis terjual.

Gue mungkin termasuk orang yang excited kalau jalan-jalan. Yaa walaupun duit di dompet alakadarnya. Jadi gue mesti coba semua moda transportasi yang ada di negeri ini. Itung-itung sambil menikmati keindahan alam yang ada di negeri ini.

Singkat cerita, gue berangkat dari Bandung pagi buta yang emang buat gue kurang semangat ke stasiun. Tapi, daripada tiket gue angus gitu aja dengan sangat terpaksa gue harua mandi melawan dinginnya air di bandung.

"Selamat Datang Di Stasiun Bandung"

Mata gue seakan melek liat tulisan itu. Tulisan yang sebagai pertanda gue bakal memulai sebuah perjalanan yang akan di sponsori oleh keindahan negeri ini. Yang gue fikirin sekarang adalah apa yang akan disediakan oleh alam ini selama gue diperjalanan.

Pertama berangkat dari stasiun gue biasa aja. Karena, yang gue liat cuma bangunan-bangunan rumah penduduk di sepanjang bantaran rel. Cuma semen,bata, bahkan jemuran yang gue liat setelah berangkat dari stasiun. Sedih emang liat kondisi negeri ini yang sekarang. Tapi, bukan itu yang mau gue ceritain.

Setelah keluar dari bandung dan memasuki nagreg semuanya berubah. Kereta yang gue naikin sekarang ada diatas bukit-bukit yang membentang di kanan-kiri gue. Hijau dan asri meskipun gue lihat cuaca diluar terik matahari. Mata gue belum bisa move on, terus memperhatikan keindahan yang tuhan ciptakan disekeliling untuk gue nikmatin.

Gue masih bisa lihat ribuat hektar sawah dengan ribuan padi yang menghijau dengan para petani yang masih setia untuk mencangkul di atas tanah sawah ini serta kerbau yang jarang gue lihat lagi di kota- kota besar nan metropolitan. Suasana pedesaan asli yang selama ini sering gue gambar waktu masih SD ada gunung, petani lagi nyangkul, sawah, dan tentunya kerbau sebagai alat membajak secara tradisional.

Sekarang gue cuma berucap syukur atas apa yang telah tuhan berikan kepada negeri ini. Masih ada keindahan yang masih belum orang tahu dibalik megahnya bangunan dan tingginya gedung-gedung pencakar langit yang super megah ternyata masih ada ribuan hektat sawah yang masih membentang bersama hijaunya pagi yang seolah menyambut dengan iramanya. Bergerak dari kanan dan kiri terbawa angin seolah senang melihat mereka yang bahagia memandangi "keindahannya" dihiasi oleh bukit-bukit yang dibelah oleh kecerdasan manusia.

Terima kasih tuhan, gue begitu mencintai negeri ini dengan berbagai macam keindahannya. Sawah, ladang, bukit, dan gunung serta yang engkau ciptakan bagi negeri ini membuat aku bersayukur bahwa dibalik "bobroknya negeri ini masih tersimpan keindahan yang engkau simpan untuk anak cucu kami".

Gue gak akan pernah nyesel naik kereta karena gue yakin setiap jalur yang dilalui kereta ini pasti akan diiringi oleh keindahan-keindahan alam yang belum pernah gue lihat sebelumnya. Karena gue yakin, perjalanan dengan kereta merupakan perjalanan alam yang paling indah dibandingkan perjalanan dengan transportasi lainnya.

Tulisan ini adalah sebagai rasa syukur gue atas apa yang mata gue lihat di setiap perjalanan yang gue lihat dan gue rasain selama perjalanan. Meskipun terkesan alakadarnya tapi inilah gue apa adanya. Sekian