Dec 14, 2014

Saat Merindu Rumah

Taraaaaaa. Tulisan pertama gue dibulan Desember. Setelah dibulan kemarin gue jarang sekali menemukan hal-hal baru yang mesti gue ceritain di blog ini. Didukung juga berbagai aktivitas dan gempuran tugas yang dosen kasih. Jadi, gue sekarang bukan sebagai mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang kuliah pulang). Gue punya aktivitas juga doong.....

Baru gue sadari banyak aktivitas ternyata buat gue lupa segalanya. Gue lupa gimana makan enak, gue lupa gimana tidur nyenyak, dan gue juga lupa menanyakan kabar dari orang-orang yang gue cintai di tempat yang berbeda. Saking gue udah punya aktivitas.

Waktu semester 1 gue sering menanyakan kabar dari mereka yang jauh disana. Nyokap misalnya, gue hampir sering menanyakan kabar beliau. Menanyakan beliau sedang apa. Begitu juga dengan jagoan nyokap gue yang lainnya. Yaa, adik gue. Tapi, intensitas gue dan adik gue masih kurang dibandingkan antara gue dan nyokap.

Semester 1 juga gue belum merasakan yang namanya rindu dengan rumah. Kalau kata anak perantauan sih "Home Sick". Satu momen dimana mereka yang jauh sedang rindu akan rumah beserta orang dan isi-isinya.

Gue sering memperhatikan mereka yang sedang berada di dunia perantauan. Ada yang update "Kangen Rumah", "Kangen Mamah", "Kangen Masakan Mamah" dan lain sebagainya. Itu yang di nama-kan home sick.

Selama hampir 2 semeseter gue belum merasakan bahkan belum mengerti apa itu homesick. Karena, hampir setiap 3 bulan juga gue pulang pergi jogja-serang. Wajar aja kalau gue belum mengerti seperti apa merindu rumah itu.

Hal ini baru gue rasakan setelah gue mulai bekerja keras mencari rupiah. Semester dua gue harus sejenak tidak bersentuhan dengan materi-materi yang ada di bangku kuliah. Selama 6 bulan itu gue cuma fokus mencari rupiah. Dan itu bikin gue lupa dengan mereka yang jauh disana. Yang gue tau gue harus terus bekerja keras demi menyambung hidup gue di perantauan ini. Terkesan berlebihan memang. Tapi itu kenyataannya.

Masuk ke semester 3, gue kembali diberi kesempatan oleh tuhan untuk berada bersama kawan-kawan seperjuangan untuk menuntut ilmu. Gue merubah semua mindset gue yang ada di semester 1. Gue  coba cari kegiatan ini itu. Mulai mau ikut beberapa kepanitiaan. Dan ternyata itu bikin gue lupa dengan dunia gue yang jauh disana. Siklus kuliah - rapat- pulang - rapat pun sudah mulai akrab dengan gue.

Gue mulai merasakan rindu. Rindu akan mereka yang jauh disana. Rindu suasana gaduh yang dibuat sama jagoan kecil nyokap gue. Rindu sama nyokap yang bawel kalau anaknya pulang larut malam. Bahkan, gue rindu masakan nyokap walau nyokap jarang masak.

Pulang ke kos. Penghuni kos sepi senyap. Langsung tidur. Bangun tidur udah pada sepi di kos. Cuma ditemenin sama teknologi. Entah itu ditemenin TV, Laptop, atau gadget. Beda kalau gue pas masih atau lagi dirumah. Dari bangun tidur sampai tidur lagi pun banyak hal yang engga bisa gue perkirakan.

Gaduh karena gue yang ribut sama adik gue. Atau liat nyokap ngomel-ngomel karena anaknya belum sholat subuh. Atau nyokap yang ngomel karena gue sering minta duit buat hal hal gak perlu. Atau nyokap yang ngomel karena gue sering bangun siang.

Sedangkan di sini, gue sering banget tidur sampai tengah siang apalagi hari minggu. Mau nabung aja kadang segan. Bahkan untuk teman interaksi pun terbatas. Iya terbatas oleh ruangan 4x3 meter dimana setiap tembok adalah sekat untuk berinteraksi karena didalam sekat itu setiap tuan nya punya teknologi masing-masing yang bikin malas untuk keluar. Keluar kamar pun cuma buat mandi bahkan cuma buat boker. Abis itu ? masuk kamar lagi.


Hidup gue terasa statis. Iya statis cenderung bisa ditebak hidup gue disini seperti apa kalau udah masuk ruangan ukuran 4x3 meter itu. Beda banget kalau dirumah yang mungkin dulu gue belum sadari betapa indahnya waktu bersama orang-orang yang gue cintai.

Gue selalu menyia-nyiakan waktu untuk bersama mereka. Gue belum ngerti gimana nyamannya berada diantara mereka. Bahkan, gue belum tau makna berkumpul dengan mereka. Dulu, gue belum bisa memanfaatkan waktu yang tuhan berikan buat gue untuk saling berbagi keluh kesah dengan mereka.

Anak rantau, saat sedang merindu rumah hanya bisa memandang foto diatas speakernya. Gambar antara ibunda dan kedua jagoannya yang selalu tersenyum. Tanpa tau bagaimana sulitnya dunia itu seperti apa. ah.... rindunya.........

0 comment: