Nov 26, 2014

Pahlawan Menurut Gue : Guru gue pahlawan gue

November adalah hari yang dianggap paling bersejarah bagi para pahlawan. Termasuk bagi para pahlawan tanpa tanda jasa yang diperingati setiap tanggal 25 November. Setelah sebelumnya, 10 November diperingati sebagai hari pahlawan.

Guru, kalau inget kata-kata itu mungkin banyak kenangan buruk bersamanya.tssaah ~. Kenangan buruk bersama tugas-tugas dari mereka. Kenapa yaa kalau kenangan buruk dengan guru itu pasti soal tugas ? Jawabannya tanyakan pada hati nurani kalian masing-masing.
Sumber : tribunnews.com

Gue sendiri saat ini sudah melewati beberapa tahap dari jenjang pendidikan yang ada di negeri ini. Dari taman kanak-kanak hingga yang sedang gue jalani saat ini, bangku perkuliahan. Sebenernya kuliah itu bukan guru tapi dosen. Tapi buat gue dosen juga setara dengan guru. Karena mereka memberikan ilmu yang mereka miliki. Cuma bedanya dosen itu ngajarnya selow walau ada yang gak selow juga.

Coba tanya diri kalian, tanya teman-teman kalian tentang seorang guru. Yang paling diingat pasti guru yang paling baik atau guru yang paling killer. Semua orang yang pernah mengalami fase diajar oleh guru killer pasti pernah merasakan benci, kesel, bahkan hingga mengutuk guru killer tersebut supaya gak masuk. Kalau gak masuk bisa jadi rejeki. Gue pernah buat tulisan tentang ngecengin guru yang gak asik . Dimana guru tersebut terlihat membosankan dan bahkan untuk mengenang jasanya saja itu seperti mengenang masa lalu yang sangat pahit. iya, pahit liat guru kaya gitu ~

Tapi, gak semua guru kok seperti itu. Ada guru yang baiknya juga kelewatan banget. Lihat aja nilai rapot gue betapa baiknya guru-guru tersebut memberikan nilainya dengan iklas ke gue. Entah atas dasar apa mereka memberikan nilai itu ke gue. Dan gue sungguh terharu u,u

Mengenang jasa jasa para guru yang paling baik adalah mengenang ilmu yang mereka ajarkan kepada kita. Tanpa mereka mungkin kita tidak bisa menulis dan membaca. Itu hal yang paling mendasar. Bahkan kalau kita sukses nanti guru yang pernah mengajar kita pun tidak meminta imbalan apapun. mereka bangga bahwa selama ini ilmu yang mereka berikan tidak sia-sia.

"Ibu akan lebih senang kalau melihat kalian sukses dengan ilmu yang kalian pakai selama belajar disini. Bahkan ibu akan merasa bangga kalian sukses dengan jalan yang benar." 

kata-kata itu yang masih gue inget sampai sekarang. Dan kata-kata itu pernah diucapkan oleh guru smp gue. Kalau gue perhatikan pun harapan semua guru kepada siswanya adalah seperti itu.

Menurut gue, kita gaperlu macem-macem untuk menghargai jasa mereka sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Disebutnya aja pahlawan tanpa tanda jasa, pasti mereka tidak mengharapkan imbalan apapun. Cukup melihat siswanya sukses dengan jalan yang benar.


Terkadang gue sempet mikir dulu waktu jaman gue masih sekolah. Gue selalu menjadi orang yang melawan perintah seorang guru. Gue selalu mikir mereka itu merasa paling benar. Tapi gue sendiri gak mau menjadi seorang guru. Karena gue gak mau merasakan apa yang guru gue dulu rasakan akibat gue.

Belum ada apa-apanya gue yang sekarang. Buat orang tua gue aja belum bisa memberikan kebanggaan apapun. Apalagi buat guru-guru gue yang pernah gue "nodai" dengan nakalnya gue. Dan gue sadar mereka mengajarkan semua itu agar gue mau belajar. Karena hidup yang sesungguhnya bukan dari ilmu yang mereka kasih. Ilmu cuma sebagai pengantar buat gue menjalani hidup yang sesungguhnya

Selamat Hari Guru Bapak dan Ibu Guru. Kalian pahlawan kedua buat gue setelah kedua orang tua gue.Tanpa kalian mungkin gue bisa buta hurup, gue juga bahkan bisa tuli akan permasalahan yang ada di dunia, juga bisu terhadap keburukan yang ada. 

Pahlawan menurut gue adalah guru-guru yang pernah memberikan ilmunya buat gue. Semoga guru-guru gue bangga melihat gue nanti adalah gue yang tidak seperti dahulu. Gue yang berhasil karena ilmu mereka bukan karena kenakalan gue pada masa itu.



Jadi, sudahkah menganggap guru sebagai pahlawan yang tanpa tanda jasa untuk hidup kita ?

Nov 10, 2014

Pahlawan Menurut Gue.....

Hari ini 10 November 2014, semua orang beramai-ramai membahas tentang hari ini. Siapa yang gak tau hari ini. Hari ini hari yang sangat bersejarah buat bangsa Indonesia.

Yap, hari ini adalah hari pahlawan.

Sebelumnya, pahlawan itu apasih ?

Menurut wikipedia indonesia Pahlawan (Sanskertaphala-wan yang berarti orang yang dari dirinya menghasilkan buah (phala) yang berkualitas bagi bangsa, negara, dan agama) adalah orang yang menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, atau pejuang yang gagah berani.

Dari definisi diatas pahlawan rela berkorban nyawa, harta, bahkan hingga keluarga nya yang dikorbankan demi bangsa dan negara. Semua pahlawan pada masa sebelum kemerdekaan rela berkorban demi mempertahankan bangsa ini dari berbagai macam bentuk penjajahan.

Asal muasal hari pahlawan sebenarnya sudah dipelajari pada mata pelajaran sejarah yang sudah ada sejak SMP dan SMA bahkan ada yang mulai belajar sejarah itu dari sejak SD. Dimana biasanya kita diajarkan untuk mengenal mereka dari jasa-jasanya untuk bangsa. Berperang melawan penjajah pada masa itu.

Hingga sekarang sudah kekal bahwa tanggal 10 November pada setiap tahunnya adalah memperingati para pahlawan yang gugur dimedan perang. Pada masa itu para pejuang memang dituntut untuk selalu berhubungan dengan berbagai macam senjata. Dari senjata tradisional hingga senjata yang sudah memiliki selongsong peluru. Dan sekarang kita hanya tinggal menikmati jasa para pahlawan yang berjuang untuk bangsa ini. Kalau tidak ada mereka mungkin kita sebagai penerus bangsa tidak bisa menikmati kehidupan yang sangat bebas dari penjajah yang sangat ingin menguasai bangsa ini. Thanks para pahlawan, berkat kalian gue bebas mencari dan menuntut ilmu hingga dimanapun.

Pada saat ini, memang kita sebagai penerus bangsa punya cara sendiri untuk menghormati jasa-jasa para pahlawan terdahulu. Buat gue sekarang pun masih ada sosok pahlawan yang ada dalam hidup gue.

Gue sekarang pun punya sosok pahlawan yang tidak kalah hebat dengan para pahlawan terdahulu. Hanya perbedaanya adalah pahlawan yang gue punya ini tidak memegang senjata dan berperang. Dan cara menghormatinya bukan dengan melaksanakan upacara bendera ditaman makam pahlawan. Cukup dengan hormat dalam artian patuh kepada beliau.

Gue punya seorang wanita yang sangat tangguh dan memang menjadi pahlawan buat hidup gue. Yaa, gue punya seorang ibu yang biasa gue panggil beliau mamah. Mamah adalah pahlawan buat anak-anaknya. Bahkan gue menanggap mamah lebih dari pahlawan buat gue. Gue pernah menulis tentang mamah disini sebagai bentuk rasa bangga gue terhadap sosok seperti beliau.

Beliau selalu berjuang demi anak-anaknya. Bahkan beliau rela mempertaruhkan segalanya untuk anak-anaknya. Dari terbit fajar hingga terbenam matahari beliau mencari rezeki untuk buah hatinya. Tanpa mengenal lelah, tanpa pernah mengeluh didepan anak-anaknya.

Buat gue mamah adalah pahlawan buat hidup gue. Tanpa kehadiran sosok hebat seperti mamah, mungkin gue bukan apa-apa. Gue mungkin tidak setangguh sekarang. Mungkin juga gue tidak bisa berdiri sendiri di dunia ini. Dengan segala kekuatannya mamah melindungi gue dan adik gue, anaknya. 

Hebat bukan pahlawan kebanggan gue ?

Sekarang gue baru sadar betapa berartinya sosok wanita tangguh itu. Segenap doa selalu gue haturkan dari tanah yang berbeda. Meskipun berjauhan, gue ingin selalu berada didekatnya melalui doa. Selagi beliau ada didunia ini keinginan gue adalah untuk terus menjaga dan membahagiakannya sebagaimana beliau menjaga dan membahagiakan gue sebagai buah hatinya.

Pahlawan buat gue tidak melulu terkait dengan seseorang yang berjuang berperang untuk negara, pahlawan buat gue adalah mamah yang selalu berjuang untuk tetap hidup bahagia bersama anak-anaknya.

Tulisan ini memang tidak menjadikan mamah gue mendapatkan gelar pahlawan nasional dari negara ini. Tapi, setidaknya gue pernah meninggalkan jejak kebanggaan atas apa yang gue miliki. Mamah. 

Selamat hari pahlawan. Tetap cintai ibumu dan jadikan beliau satu-satunya pahlawan terbaik yang dimiliki. 

Nov 8, 2014

Saat tugas dan Kesnian Jalanan

Agenda sore hari ini adalah mengerjakan tugas dari dosen. Belakangan ini tugas seolah menjadi teman hidup gue. Tugas selalu ada bersama gue dimanapun dan kapanpun. Thx wahai makhluk pemberi tugas.
Sumber : www.topulerkampus.com

Gue nulis begitu bukan karena gue mengeluh akan tugas yang selalu hadir dalam hari-hari gue. Malah gue sangat berterima kasih atas tugas yang diberikan. 

"Ah sok asik lo, masa dikasih tugas malah terima kasih. Itu kan beban bro..." Ucap salah seorang temen gue

Dengan sedikit memberi sinyal melalui senyum gue yang manis mungkin cukup menggambarkan jawaban atas dari pertanyaan diatas. Gak munafik memang bahwa setiap tugas yang dosen berikan kepada mahasiswanya itu memang sangat memberatkan. Bahkan secara bertubi-tubi tugas itu hilir mudik. Tak mengenal lelah dan pantang menyerah seolah ingin mengusik kebahagiaan gue bebas dari belenggu tugas. 

Rasanya mengeluh juga bukan jadi jalan terbaik. Mengeluh tidak membuat tuhan dengan begitu saja menyelesaikan tugas gue. Butuh secuil pengorbanan demi menyelesaikannya.

Birokrasi diatas merupakan sekelumit kisah dari curhatan para mahasiswa yang seolah memiliki sebuah langkah yang sangat berat. Dan tugas lah yang selalu membuat langkah hidup ini terasa berat. *ciee lebay*

Skip soal basa-basi gue diatas. Dan mulai saat ini gue mesti banyak berterima kasih kepada mereka-mereka para pemberi tugas (re : dosen). Kenapa gue bilang mesti berterima kasih kepada mereka ?

Jawabannya sederhana. Lihat sisi positifnya. Memang hidup ini kalau selalu dilihat dari sisi negatif akan terasa berat sekali. Namun, berbeda saat melihat hidup itu dari sudut yang ber-konotasi positif. Serba ringan kalau semua tugas itu selalu diambil hikmahnya.

Dan gue salah satu orang yang sedikit merasakan hikmah dari tugas-tugas yang ada.

Ceritanya, sore tadi gue ada tugas tentang Budaya Media Kreatif. Tugas ini dibuat secara berkelompok. Dan dalam kelompok itu belum ada satu orang pun yang gue kenal secara personal. Hanya sebatas mengenal identitas.

Dari proses pemilihan kelompoknya pun sangat berbeda. Biasanya, dosen akan memberikan kewenangan penuh terhadap mahasiswanya dalam memilih kelompok. Alasan yang diberikan mahasiswa pun sangat klasik. Dimana akan mudah dalam mengerjakan tugas apabila anggota kelompok sudah kita kenal sebelumnya. Apalagi satu kelompok dengan teman bermain sehari-hari. Kelompok mata kuliah ini pun berbeda. Kami hanya dipersilahkan memilih kelompok yang berdasarkan urutan no yang telah ditentukan sebelumnya dalam tempat yang juga telah dipersiapkan. 

Setelah pengundian kelompok tersebut ternyata nama kelompok yang gue dapet pun sangat asing untuk telinga gue. 
"Gilak sekelompok sama yang belum dikenal. Mau jadi apa kelompok gue. Gimana nilai gue kalau sekelompok sama yang engga dikenal dan blablabla". Itu adalah gerutuan gue pertama kali.

Tapi tapi semuanya ada hikmahnya ternyata. Gue baru sadar setelah kami memulai untuk mencari hal apa yang akan kami teliti. Dan tercetuslah ide bahwa kelompok kami akan meneliti salah satu "kesenian Jalanan". Dan kesenian jalanan itu adalah mereka yang mencari nafkah dan berseni melalui beberapa alat musik seperti angklung, bas drum, dan alat musik yang sebelumnya sudah di custom.

Setelah memiliki konsep yang cukup matang kami akhirnya menentukan tempat dan waktu dari pelaku seni jalanan tersebut. Mulanya gue dan kelompok gue ingin mewawancarai salah satu kelompok kesenian jalanan yang berada disekitran pom bensin antara jl sultan agung dan jl taman siswa. Sesuai dengan persetujuan kami akan mengerjakannya pada hari jumat sore.

Setelah semuanya berkumpul ditempat yang telah ditentukan, gue dan kawan-kawan kelompok langsung meluncur menuju tempat yang telah ditargetkan. Sore hari di Yogyakarta saat ini memang dikenal sebagai sore yang begitu sulit. Macet sudah mulai menjalar dimana-mana. Jangankan untuk mereka yang memakai roda empat, gue saja yang menggunakan roda dua masih sulit untuk memecah jalanan Yogyakarta yang sangat sangat padat. Gak beda jauh sama ibukota !! fiuh.

Hampir tiga puluh menit perjalanan yang cukup melelahkan karena macetnya jogja dan ternyata hasilnya nihil. Kami tidak mendapati para pemusik angklung jalanan itu ada disekitaran pom bensin jl. Sultan Agung.

"Sial." gumam gue

Tanpa basa basi kami langsung berdiskusi dan memutuskan untuk mencari para pelaku seni jalanan itu. Rencananya akan menuju sekitaran jalan Malioboro. Karena menurut kami jalan malioboro adalah tempat berkumpulnya berbagai macam manusia.

Belum terlalu jauh dari lokasi pertama yang telah membuat kami harus gigit jari ternyata ada sekelompok pelaku seni jalanan yang menjadi target kami. Dari jarak sekitar puluhan meter kami telah mendengar alunan musik yang sangat khas. Musik yang mungkin dengan genre yang kurang "jelas" entah itu keroncong, dangdut, atau apapun.

"Angklung Mahatama" Itulah yang akan menjadi target kami.
Kelompok Angklung Mahatama

Namanya juga mahasiswa. Masih malu-malu kucing untuk memulai pembicaraan. Beda hal kalau disuruh untuk memulai pembicaraan dengan kekasih hati sih hehe. Saling lempar dari kami siapa yang akan memulai. 

Setelah bertanya dari mereka yang sedang sibuk dengan alat musiknya masing-masing, kami di persilahkan untuk berbicara dengan manager mereka.

"Wuiih keren ada managernya, udah kaya band papan atas" 
Wawancara sama bu manager

Lupa gue siapa nama managernya, tapi managernya seorang wanita yang juga menjadi pasangan hidup dari pendiri angklung mahatama ini. Sebut saja dia Ryan begitu panggilan keren yang diucapkan oleh sang manager. 

Sudah 5 tahun Ryan bersama dengan teman-temannya menggeluti kesenian jalanan ini. Banyak suka duka yang mereka alami selama bergelut didunia mereka.

"Banyak duka nya mas, kita mesti pindah dari satu tempat ke tempat lain sebelum menetap(sementara) disini" Jawab sang manager dari beberapa pertanyaan yang kami ajukan.

Manager pun dengan lantang menjawab berbagai macam pertanyaan dari kami. Sudah seperti manager yang sangat professional dalam memegang artisnya. Lancar deh pokoknya.

Ada satu hal yang sedikit menggelitik kuping gue. Sang manager bilang bahwa mereka rencananya akan di-tiadakan oleh dinas sosial pada tahun 2015. Dinas Sosial menganggap bahwa mereka yang berkecimpung di dunia kesenian jalanan ini adalah sebagai pengemis. Dimana yang dipermasalahkan oleh orang orang dinas itu adalah kotak berjalan yang hinggap kepada warga disekitaran traffic light tersebut. Padahal menurut gue, mereka lebih terhormat dari seorang peminta-minta yang hanya mengandalkan tangan kosong tanpa keahlian. Sedangkan para pelaku seni jalanan ini lebih menjual keahlian seni mereka dari alat-alat tradisional bahkan sederhana.

Berbeda dengan dinas sosial, berbeda pula dengan dinas pariwisata yang menganggap bahwa kesenian jalanan ini merupakan salah satu bagian yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke kota istimewa ini.

 Bahkan dimata para wisatawan mereka adalah icon dari kota ini. Yang mereka cari dari kota istimewa ini salah satunya adalah kesenian jalanan ini. Kota ini memang terkenal dengan kota yang selalu menghargai karya seni.

Setiap karya seni dalam hal apapun selalu diapresiasi di kota ini. Berbagai macam pagelaran seni baik dari panggung maupun dijalanan seperti tidak pernah ada habisnya. Selalu saja ada yang ditampilkan. Sedangkan di kota kelahiran gue saja untuk menikmati kesenian daerah misalnya itu sangat sulit. Banyak yang gue tidak tahu kesenian yang berasal dari daerah gue. Dan gue merasa malu karena gue baru tahu kalau kesenian itu asli daerah gue setelah gue mencari ilmu disini.

Harapan dari pelaku seni jalanan di kota ini sangat jelas. Mereka ingin terus menghasilkan karya seni sesuai dengan yang mereka inginkan. Yang mereka cari adalah kepuasan diri terhadap seni tersebut. Penghasilan mereka dari menjual karya mereka tidak seberapa. Bahkan sangat bertolak belakang dengan mereka-mereka yang berada di gedung terhormat yang berpenghasilan puluhan juta rupiah tetapi tidak ada kontribusinya sama sekali untuk negeri tercinta ini.

Harusnya mereka yang berdasi malu dengan mereka yang hanya mencari sesuap nasi dari sebuah karya seni. Bukan ribut tidak jelas lalu membanting meja yang bernilai jutaan rupiah. Bayangkan apabila mereka juga mulai membanting rasa terhadap seni nya. Mau jadi apa negeri ini tanpa karya seni ? Apa hanya akan menjadi negeri para pencari kekuasaan bermodalkan dasi ?

Cerita ini gue tulis berdasarkan apa yang gue dapat hari ini. Sedikit menyampaikan salam dari mereka para pelaku kesenian jalanan. Mereka ber-seni untuk hidup mereka, untuk kepuasan mereka, bahkan untuk kepuasan mereka yang melihatnya.

Satu hal pelajaran yang gue dapatkan hari ini bahwa jangan sesekali meremehkan mereka yang hidup dijalanan. Karena, (mungkin) mereka akan lebih baik dari siapapun. Gue gak akan pernah untuk berhenti belajar dari berbagai tempat yang gue datangi karena memang setiap tempat baru akan ada cerita baru bahkan pengalaman baru yang mungkin tidak akan pernah terulang bahkan di tempat yang sama sekalipun.

Foto-foto yang gue ambil :

Seiklasnya kok
Saat Show 
Angklung sebagai alat penunjang me(ngamen)

Nov 3, 2014

Tempat Baru Pengalaman Baru

Ceritanya gini, kemarin gue menghabiskan weekend dengan berkunjung ke salah satu pantai yang bisa dikatakan sebagai pantai yang relatif baru. Pantai Gesing namanya. Pantai ini terletak diperbatasan antara Bantul dan Gunung Kidul. 

Awalnya tahu pantai ini adalah dari rekomendasi temen gue yang juga dapet banyak informasi dari mbah google. Dimana pantai ini disebutkan adalah pantai yang masih "perawan". Belum banyak orang yang mengetahui pantai ini.

Perjalanan yang dimulai dari Kaliurang, sleman memang tidak terlalu lama. Hanya membutuhkan waktu sekitar 2 jam untuk sampai di Pantai Gesing. gue dan temen-temen sangat menikmati perjalanan itu. Meski panas sepanjang jalan, tapi itu tidak menyurutkan kami karena pemandangan sepanjang jalan engga kalah kerennya. Alam terbentang hijau meski agak tandus. Jalan yang berkelok setelah memasuki ujung dari Bantul semakin membuat indah perjalanan kami. Selain karena masih sedikitnya polusi yang diakibatkan oleh kendaraan. Sepanjang perjalanan cuma ditemani oleh panas matahari dan angin sepoi-sepoi yang hampir sebanding dengan panasnya matahari.


Perjalanan mulai terhambat setelah mulai memasuki kecamatan panggang. Jalan sudah mulai rusak dimama ini tidak dikatakan layak sebagai sebuah jalan raya. Hanya bebatuan dan kerikil tajam serta ada beberapa ruas yang bercampur dengan tanah yang mengakibatkan berdebu. Bahkan jalan rusak ini terus berlanjut hingga memasuki kawasan pantai. Rasanya engga yakin sama pantai ini. Kondisi jalan yang sangat kurang baik.

Rasanya pengen balik lagi kalau fasilitas yang dilewati itu sangat tidak baik. Pantas saja Kabupaten Gunung Kidul sebagai salah satu daerah yang sangat tertinggal di Provinsi Yogyakarta. Infrasuktur saja tidak semua baik. Ditambah oleh kondisi alam yang mungkin sangat tandus dan sangat tidak cocok untuk bertani.

Tapi, kondisi itu hampir berbanding terbalik dengan apa yang gue lihat saat sampai di Pantai Gesing. Pantai ini nampak biru sekali. Dasar-dasar laut yang berada di pinggiran laut masih terlihat. Semua rasa capek selama perjalanan ini sedikit terobati setelah melihat keindahan pantai ini. Selain itu juga pantai ini masih sangat bersih. Bersih dari sampah hasil-hasil tangan jahil manusia. Benar-benar seperti belum pernah tersentuh oleh siapapun. Hanya ada kapal nelayan tradisional yang terparkir dibibir pantai.

Setelah memarkirkan kendaraan gue mengamati keadaan sekitar. Sepi, sunyi. Hanya ada beberapa warga yang ada di sekitar pantai. Mungkin warga sekitar yang berprofesi sebagai pedagang dan nelayan. Tidak ada yang mencolok dari kehidupan warga disekitar pantai ini.

Tanpa berfikir panjang gue langsung ganti kostum buat berenang. Karena gue masih penasaran dengan kondisi pantai yang gue lihat. Byuurr langsung aja gue tanpa basa basi mencemplungkan diri. Subhanallah !!... gue cuma bisa berucap itu setelah apa yang gue lihat dipantai ini. Benar-benar bersih dan indah kondisi di dasar pantainya. Meskipun tidak terlalu jauh, tetapi gue sudah mulai merasakan keindahan pantai ini. Bahkan tidak jauh berbeda dengan apa yang gue lihat didarat saat pertama kali. Sedikit menyelam dan berenang mendekati karang-karang yang ada disekitar. Bahkan gue masih bisa melihat betapa indahnya karang yang ada didasar pantai bersama ikan-ikan kecil yang hidup dilaut. Pantai ini benar-benar indah. Indah Sekali.

Pantai selatan memang tidak ada yang mengecewakan. Kebanyakan dari pantai selatan yang gue kunjungi memang indah. Keindahan itu belum pernah gue dapatkan di pantai yang berada didaerah gue. Sampah, kotor, bau, bahkan bisa dibilang sebagai pantai oli. Dimana pantai yang semestinya berwarna biru sudah berganti menjadi hitam pekat seperti oli.

Sejujurnya gue bukan pengen membahas tentang pantainya. Gue cuma terhipnotis oleh keindahan yang gue dapet dipantai ini. Kenapa bisa begitu ? karena gue baru pertama kali mendapati sebuah pantai yang mungkin bisa menyelam meskipun masih berada di bibir pantai. Gue adalah orang yang jarang sekali mau berenang di pantai. Selain panas biasanya pantai adalah tempat yang identik dengan sampah hasil tangan manusia yang sembarangan.

Warga disini sangat welcome dengan kedatangan gue dan teman-teman. Bahkan untuk camping disini. Mereka ramah dengan senyum yang khas milik orang yogyakarta. Dimana warga disini terkenal ramah tamah. Selain itu, warga disini juga sangat mengutamakan kebersihan. Mereka mengingatkan gue dan teman-teman untuk tidak membuang sampah sembarangan di daerah pantai. Gue sadar ini sebagai cara dari mereka untuk menjaga keindahan pantai ini.

Ada satu hal yang bikin gue terketuk hatinya.Ternyata pemerintah belum memperhatikan warga sekitar. Mereka hidup tanpa listrik dan hanya bermodalkan senter atau lampu tradisional lainnya.

"Listrik saja masuk ke daerah kami bukan dari PLN mas, dari LSM yang membantu. Baru nyala sekitar 2 bulan lagi"

Itu petikan jawaban yang gue dapatkan dari salah satu ibu yang berjualan disekitar daerah Pantai Gesing.

Miris memang. Daerah mereka menyimpan banyak keragaman laut. Dari keindahan pantai hingga hasil lautnya. Dibalik kekayaan alam itu ternyata mereka masih hidup miskin dengan banyak keterbatasan. Mereka selama ini hidup dalam kegelapan. Mereka hidup tanpa cahaya yang mungkin semakin membuat sunyi malam mereka.
Yang gue rasakan adalah berbeda ketika gue berada di kota dimana lampu ada dimana-mana. Bahkan lampu rumah akan kalah dengan lampu-lampu yang ada di gedung-gedung bertingkat serta lampu-lampu kendaraan mewah dijalanan. Sangat berbeda dengan apa yang dialami oleh warga di sekitar pantai gesing dimana mereka hidup dalam kegelapan. 

Gue semakin bingung melihat tingkah para wakil rakyat yang setiap harinya hanya sibuk untuk berebut kekuasaan dengan lawan politiknya. Sedangkan wakil rakyat yang dipilih rakyatnya sendiri itu lupa akan pemilihnya. Seharusnya wakil rakyat itu lebih mementingkan berebut memperhatikan rakyatnya daripada berebut kursi mahal nan elok di gedung terhormat sana. Lebih melihat langsung kelapangan agar tahu bagaimana sengsaranya mereka yang tertinggal. Hidup di negeri kaya tetapi tetap miskin. Sama saja bohong. Untuk apa ada wakil rakyat kalau wakilnya hanya sibuk dengan jabatannya. Ah sudahlah.....

Bayangkan saja apabila kota-kota besar di negeri ini gelap gulita seperti apa yang dirasakan oleh warga sekitar pantai gesing. Mungkin masih banyak mereka mereka yang masih harus bergelap gurita ria di tempat tinggalnya. Banyak juga yang belum mengetahui seperti apa gemerlap kota. Bahkan yang mereka tahu mungkin hanya daerah mereka saja.Tanpa cahaya, bahkan tanpa informasi yang ada di televisi.

Mungkin selama gue jalan-jalan kesana kemari gue hanya mendapatkan kesenangan semata. Tanpa pernah gue merasakan apa yang ada disekitar gue terutama di tempat yang gue kunjungi. Memang belum seluruhnya gue kunjungi. Tapi, gue baru sadar kalau disetiap tempat yang gue kunjungi itu akan memberikan sebuah pengalaman berbeda. Bisa saja gue engga akan mendapatkan pengalaman itu kalau gue engga berkunjung kesini. Atau mungkin gue engga bakalan tau kondisi sekitar. Karena yang gue lihat cuma keadaan disekitar kos atau hanya disekitar kampus. orang-orangnya pun hanya orang-orang yang sama.

Menurut gue, akan lebih banyak pengalaman baru saat kita mengunjungi tempat baru. Dan dari tempat baru itu kita dapat belajar tentang segalanya.

Jadi, selagi gue masih muda gue akan terus mencari tempat-tempat baru demi mendapatkan sebuah pengalaman baru yang mungkin sangat berarti buat hidup gue. Karena pelajaran bukan hanya didapatkan dari bangku sekolah. tetapi dari kehidupan.