Mar 2, 2014

Aku, Kopi, dan Yogyakarta

   Seiring bergantinya hari yang mulai hilang warna cerahnya, aku masih setia didepan layar laptop. Aku masih setia mengerjakan semua kewajiban yang diberikan kantor. Jari jemari ini semakin pandai merangkai kata demi kata. Kata yang sebelumnya tak pernah ada kini muncul dengan sendirinya. Dibalik layar jendela, rintikan air hujan masih setia jatuh dari langit. Harumnya tanah seolah menjadi pelengkapnya.
  Aku terus merangkai kata demi kata yang telah bosku perintahkan. Kata-kata sederhanalah yang kini menjadi teman setiaku. Dan laptop ini adalah saksinya.

  Sekilas aku memalingkan pandanganku pada sebuah layar smartphone kesayanganku. Terlihat ada warna merah dengan kedipan genitnya memanggilku untuk menyentuhnya. Kulihat ada sebuat pesan dari seseorang yang begitu kucintai.

“ Sayang, Kamu udah selesai kerja ?” isi pesan dari orang yang kucintai.

Secepat kilat aku langsung meraihnya, dan secepat kilat juga jari-jariku telah merangkai kata-kata

“ Sudah sayang, hari ini kamu ada acara ? kita ngopi yuk ? “ Balasan yang dilakukan oleh jari-jariku.

  Aku kembali fokus kepada layar laptopku demi menyelesaikan pekerjaan ini, agar bisa segera bertemu dengan orang yang paling kucintai.

  Kulihat dari balik jendela hujan sudah mulai berhenti meneteskan airnya. Hanya tersisa jalanan yang masih terlihat basah akibat hujan itu. Dan tidak tampak banyak kendaraam yang melintasi kantorku.

  Setelah merasa penat hari ini, aku menutup laptop dan memasukkannya kembali pada tempat dimana asalnya. Dan kulihat arloji yang selalu setia menempel di pergelangan tangan kiri ku.
“Pukul 19.00 wib, dan aku segera bergegas memacu kendaraanku”.

  Didalam mobil, aku menghidupkan DVD player dan memilih Compact Disc yang sesuai dengan kondisi sekarang. Perlahan aku mengemudikan mobilku, dan kuraih smartphone dari saku kanan celana ku.

  “Sayang, kamu siap-siap sekarang yah aku udah dijalan.” Kukirim sebuah pesan untuk orang tersayang.
   
  Tidak perlu menunggu lama ada pesan dari smartphone ku yang isinya mengIYAkan permintaanku. Dan tak lama pula aku telah sampai di depan sebuah istana yang sederhana dengan penghuni yang ramah. Kulihat ada seorang wanita yang begitu cantik di depan pagar istana itu. Dengan balutan pakaian yang sederhana ditambah dengan bawahan rok dan rambut hitam semampai. “Sungguh tuhan telah memberiku bidadari dari surga.” Gumamku dalam hati.

  Setelah kukecup kening bidadari itu, aku langsung memacu perlahan mobilku. Kami akan menuju ke sebuah tempat dimana kami memulai untuk memadu kasih. Tempat yang penuh kedamaian dibalik manisnya segelas kopi. Tempat yang selalu memberikan senyumnya dan selalu menggambarkan ramahnya kota ini.  “ YOGYAKARTA” Kota dengan seribu senyumnya yang selalu membuat aku ingin selama nya tinggal disini. Dan ramahnya jogja telah memberiku seorang bidadari yang luar biasa.
   
  Ditengah perjalanan, hujan kembali mengiringi perjalanan aku ini. Yang membuat perjalanan ini semakin romantis adalah alunan piano dari musisi kenamaan. Seolah kami berdua terhipnotis terbawa suasana.   Tak terasa kami telah sampai pada kedai kopi langganan kami. Kedai yang selalu sederhana. Namun dibalik kesederhanaannya itu tersimpan berbagai macam kemungkinan. Sama seperti kopi yang selalu menyimpan pahit dan manisnya kehidupan. Dari kedai ini aku diberikan sebuah kisah manis.

 “TIRAMISU ICE COFFEE” adalah menu yang bisa membuat kami selalu bisa merasakan manisnya kebahagiaan. Tidak perlu gula untuk memaniskannya. Cukup secangkir kopi ini dan ditambah senyuman dari kamu sudah menjadi perpaduan yang cukup PAS untuk menghilangkan segala penat yang ada.

  
  Dari secangkir kopi ini bisa menghasilkan berjuta kebahagiaan yang sulit untuk diduga. Dan karena kota ini pula aku dapat memadukan manisnya kopi dan senyuman indah dari kota ini. Memang hidup itu tak semanis ataupun sepahit kopi, hidup juga memang tak seramah kota YOGYAKARTA. Selalu hadir ide luar biasa disini. Dibalik secangkir manisnya kopi.

0 comment: