Sep 13, 2015

Yeay, Dirgahayu!!

Gak kerasa hampir satu bulan kita melewati masa paling bersejarah buat bangsa ini. 70 tahun sudah bangsa Indonesia tercinta ini merdeka. Merdeka apanya? Tanyakan pada dasi-dasi yang bergoyang di kursi empuk gedung parlemen sana.

Gue gak bakal bahas para pedasi itu kok. Gak asik. Tar blog gue banyak komentator ala-ala media gitu. Pasti tar ada yang komentar itu "fakta" dari mana, itu darimana sumbernya. Ah ribet.


Tepat hari ini gue baru balik dari kampung halaman. Biasa ada tugas negara dari nyonya besar. Sebelum gue balik karena tugas negara ini gue sebenernya juga pengen pulang karena ada promo menggiurkan dari salah satu moda transportasi darat yang menurut gue terbaik. Yaaa, kereta api jawabannya. Kereta api lagi nyediain promo gila-gilaan cuma RP.70.000,- untuk semua relasi mereka di Pulau Jawa dan Sumatera. Gila gak?. Promo ini berlangsung dari tanggal 7-28 September 2015.

Sumber: https://tiket.kereta-api.co.id

Kereta Api kok baik banget sih? 
Dalam rangka apa nih tiket sekelas eksekutif bisa RP.70.000,-?
Ko bisa?

Jadi gini, PT. Kereta Api Indonesia itu ngasih promo gila-gilaan itu lagi Ulang Tahun Bray. Wiiih Dirgahayu PT. Kereta Api Indonesia. Wihiii keren banget Ulang tahun yang ke 70 ternyata bagi-bagi tiket promo RP.70.000,-. 

Gimana? 
Udah keren kan? 
 Iya keren orang tiket promo dibuka tepat tanggal 7 September 2015 pukul 00.00 WIB itu server pemesanan tiket langsung down. Server yang cuma satu direbutin sama calon penumpang Kereta api yang berebut tiket promo itu. Dan gue pun sedikit kecewa karena siangnya udah keabisan tiket promo itu. Syedih~.

Akhirnya, gue positif balik kampung pake kereta kesayangan gue kalau balik kampung. Lodaya adalah kereta kesayangan gue. Karena gue lebih suka lewat Bandung daripada harus ke Jakarta yang agak ribet buat lanjutin ke kota asal gue. Ada sih kereta langsung ke Serang tapi itu cuma satu kereta tanpa ada variasi jam keberangkatan. Dan kereta krakatau itu juga cuma ada satu kelas yaitu kelas ekonomi. Ah andai ke Serang ada kelas bisnis apalagi kelas eksekutif. Pasti keren banget itu hihi.

Sedikit kritik tentang Lodaya ini. Karena dalam satu tahun setidaknya lodaya lebih banyak gue jadiin pilihan daripada rangkaian kereta lainnya. Lodaya itu sebenernya enak, tiketnya juga terjangkau buat kelas eksekutif buat kantong mahasiswa. Selain itu juga waktu lodaya berangkat dari Bandung dan atau sampe di Jogja atau sebaliknya itu pas. Ada pagi atau ada malam. Tergantung fleksibilitas waktu yang gue punya. 

Kritik ini sengaja gue sampein bertepatan di bulan ini karena menurut gue moment nya pas. 70 Tahun PT. Kereta Api Indonesia yang juga momennya masih terasa sama 70 tahun merdekanya bangsa ini. Jadi, kritik gue adalah sebagai berikut (maaf kalau gaya bahasa yang gue sampein terlalu ke-anak-muda-an. Kan gue masih muda|), cekidot:

1. FASILITAS
Ngomongin fasilitas PT.KAI ( Kereta Api Indonesia) semenjak di pegang Bapak Jonan itu udah paling Top deh. Semenjak beliau yang ambil alih, Kereta Api Indonesia semakin berbenah atas kekurangannya. Banyak banget yang gue rasain dari semenjak pertama kali naik kereta api di tahun 2012 akhir. Belum bisa dianggap moda transportasi yang layak deh kalau kereta api yang gue naikin pertama kali waktu itu. Sumpek, panas, semua jadi satu ada di satu gerbong itu. Dari kursi sampe toilet pun jadi tempat duduk orang-orang yang lebih milih naik kereta. Pedagang asongan pun ada berbagai macam didalam gerbong. Engga bisa ngebedain juga mana copet mana pengantar. Crowded.

Sekarang? Kereta api udah nyaman. Fasilitas kereta api nya pun disediakan layaknya untuk memanusiakan manusia. Gerbong sudah banyak yang ber-AC. Sudah steril juga dari manusia-manusia yang mencari keuntungan kecuali mereka yang punya tiket.

Gue pengen mengkritik beberapa fasilitas yang ada di kereta api terutama rangkaian yang sering gue pake buat jadi transportasi andalan sekarang. Lodaya, iya gue pengen mengkritik fasilitas dari kereta Lodaya baik pagi atau malam. Terutama di gerbong satu eksekutif.

Di gerbong satu yang gue tempatin buat pulang ke Jogja hari ini kursinya lebih baik daripada gerbong eksekutif lodaya pagi dari Jogja ke Bandung. Pas ke Bandung gue dapet kursi yang sering bunyi kaya tulang orang yang udah rapuh.Terus fasilitas lain yang gue perhatiin adalah TV LCD yang ada digerbong. TV ini gue perhatiin cuma jadi pajangan atau hiasan pemanis gerbong aja. kenapa? setiap gue naik kereta ini tv itu gapernah nyala (mungkin kebetulan aja pas gue naik gak nyala). Beda kaya pas gue naik KA Argo Parahyangan (Relasi Gambir-Bandung PP) Atau KA Argo Lawu (Relasi Gambir-Solo Balapan PP) yang tv nya nyala terus dari stasiun asal sampe stasiun tujuan yang isinya dari KAI TV. Menurut gue hal itu lebih baik daripada didiemin ditempel di tembok gerbong dengan layar kosong berwarna hitam. Mubazir kalau engga di pake. Setidaknya itu bisa mengobati kebosanan penumpang selama di perjalanan.
 
Itu tv apa hiasan dinding?

2. SUMBER DAYA MANUSIA
Sumber Daya Manusia yang ada di PT KAI sudah sangat baik. Terutama buat mereka para customer service on train, One Trip Cleaning, atau Polsuska, hingga teksini KAI yang bertugas. Beruntung gue pagi tadi menemukan CS yang sangat ramah saat ada trouble masalah AC. Mereka tetap tersenyum walau penumpang banyak yang mengeluh karena panas. Begitupun teknisi yang bertugas hari ini. Mereka sangat sigap mengatasi permasalahan AC walau belum bener sampe nyampe Jogja.

Semua itu udah cukup baik. Ada satu hal yang disayangkan bagi sumber daya KAI khususnya customer serivce on train yang terlambat mengambil tindakan untuk memindahkan penumpang yang merasa kepanasan. Yang gue perhatiin mereka baru mengajak penumpang untuk pindah di gerbong yang lainnya yang masih kosong. Coba bilang daritadi pasti banyak penumpang yang pindah dari gerbong yang ACnya mati itu. Jadi, harus lebih sigap dan cekatan yaa kalau ada trouble. hihi.

3. TEMPAT DUDUK
Sumpah, hari ini gue kecewa. Bukan sama pelayanan dari PT KAInya tapi sama penumpang. Apalagi sama mereka yang seenaknya merubah nomor kursi hanya karena mereka engga sekursi sama teman ataupun pasangannya. Buat apa disediain aplikasi KAI ACCESS yang bisa pilih kursi tapi pas di kereta ternyata engga sesuai sama yang kita mau?

Sedikit saran aja terutama kepada mereka yang sedang bertugas apabila menemukan tiket yang tidak sesuai dengan tempat duduk agar mengingatkan untuk sesuai dengan tempat duduk yang ada di tiketnya. Akan jadi hal yang percuma kalau didiemin aja. Istilahnya percuma gue mesen tiket dan milih tempat duduk tapi pas kenyataannya gak sesuai. Mending gue beli tiket secara random karena gue engga tau gue duduk dimana dan nomor berapa. Gitu.

Berhubung PT Kereta Api Indonesia lagi merayakan kelahirannya yang ke 70 tahun gue bangga bisa menjadi salah satu konsumen dari ribuan konsumen yang setia kepada PT.KAI. Sedikit demi sedikit gue mulai melupakan transportasi lain dan lebih memilih kereta api yang lebih mengutamakan keamanan dan kenyamanan penumpangnya. Terus tingkatkan kinerja baik ini. Jangan pernah puas di satu titik kesuksesan yang telah di gapai. Jangan bangga terlalu lama karena banyak penghargaan yang didapat. Penghargaan cuma sebagai pemacu semangat untuk menjadi lebih baik lagi kedepannya.

Dirgahayu Negeriku, Dirgahayu PT.Kereta Api Indonesia. Maju terus dunia transportasi Indonesia.   

Sep 5, 2015

Yang Terlupakan

Selamat datang semester 5.

Yaa.. Semester yang semakin menunjukkan kalau gue udah mulai semakin menuju dewasa (re: tua). Dewasa dalam berfikir, dewasa dalam bertindak, dan dewasa dalam menggunakan rupiah. Ah males bahas rupiah. Lagi mahal (katanya) kalau diitung pake dollar. Tunggu!! Gue bukan mau bahas soal dollar, gue juga gamau bahas harga-harga di pasar yang naik. Gue gamau bahas itu. Biar itu ada menteri yang ngurusnya.

Semester 5, berarti gue udah hampir dua tahun atau bahkan udah dua tahun di negara perantauan. Tempat dimana gue menuntut ilmu agar kelak bisa jadi orang besar semacam menteri yang duduk manis di gedung mewah beserta fasilitas mewah lainnya. Tapi, gue gamau jadi menteri yang korup. Dosa. Iya, gue dua tahun di perantauan nuntut ilmu.

Kalau mau flashback ke dua tahun yang lalu, mungkin masih belum  apa-apa buat gue flashback. Sukses aja belum. Apa yang mau di flashbackin? Tapi tunggu dulu, gue punya kisah di masa lalu yang bisa buat dikenang kok. Gini ceritanya. Dua tahun yang lalu,  gue lulus dengan  predikat yang cukup baik di sekolah abu-abu gue. Lulus dengan nilai yang bisa dibilang cukup buat modal jadi seorang mahasiswa kece dengan gaya bahasa yang lebih berat nantinya. Dengan bangganya gue mendaftarkan diri melalui jalur berprestasi untuk salah satu universitas ternama punya negara di tempat gue merantau saat ini.

Setelah mendaftar itu gue dengan bangga jawab kalau ditanya tetangga atau di tanya buk Rt. Dengan gaya yang (sedikit) agak songong. pffttt.

"Nanti, dek Nasuha mau kuliah dimana?"

"kuliah di UGM doong. Kan itu kampus keren"

"Waah, keren doong ya"

Begitulah sepenggal cerita antara gue dengan para tetangga gue.

Di lingkungan gue, kuliah di luar kota adalah salah satu keistimewaan. Karena gue berada diantara mereka yang (maaf) sedikit buta dengan dunia luar. Wong belanja di Royal aja udah disebut kota (buat yang dari sedaerah sama gue mungkin tau nama itu). Apalagi sampe keluar kota kaya ke Jakarta, Bandung, Yogyakarta, ataupub sampe ke Medan sana. Yaa.. Gue sedikit bangga bisa mendaftarkan diri disana. Dan gue termasuk salah satu orang yang beruntung bisa dan akan melanjtukan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi.

Singkat cerita, pengumuman itu ada dan hasilnya sedikit bikin gue kecewa. Gue gagal masuk dan jadi mahasiswa di universitas yang di cita-citakan. Walaupun gue udah punya cadangan di salah satu Universitas yang juga sekarang jadi tempat gue mencari ilmu. Tujuannya satu "Bisa Merantau." Iyaa, gue harus merantau. Biar gue gak kalah sama pengalaman. Gapercaya? Coba baca ini. Tujuan awal gue merantau karena itu. Biar gue gak buta pengalaman kalau gue terjun ke dunia kerja yang serba keras. Apalagi gue juga setidaknya udah sedikit banyak makan asam garam hidup di Ibu kota. Walau cuma pulang pergi. tapi gue tau kalau Ibu kota atau tinggal di kota-kota besar itu keras.
Sumber: berbaktikeorangtua.com

Gue baru menyadari kenapa gue gagal di Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri tahun 2013. Jawabannya simple, gue lupa satu hal doa orang tua.

Kenapa doa orang tua?

Berdasarkan agama yang gue anut, disebutkan bahwa "Ridho Allah Tergantung Ridho Orang tua, dan Murka Allah Tergantung Murka Orang tua" atau adalagi "Surga di Telapak Kaki Ibu."

sumber: myfitriblog.wordpress.com
Dan ternyata hal itu benar adanya. Beberapa hal gue menyadari akan hal itu dan termasuk sama hasil SNMPTN yang gue terima. Gue daftar perguruan tinggi tanpa adanya restu dari orang tua. Gue terlalu ikut apa kata guru di sekolah. Emang sih guru adalah orang tua kita di sekolah. tapi guru cuma sebatas memberi ilmu di sekolah. Setelah itu? Seorang guru pun kembali pada kodratnya sebagai orang tua bagi anaknya masing-masing di rumah. Walau mereka orang tua kedua, tapi guru tetaplah guru dan orang tua tetap jadi yang pertama. Ridho tuhan bukan ada pada guru, tapi pada ridho orang tua. Sebagaimanapun orang tuamu, mereka tidak akan menjerumuskan anaknya pada sebuah jerami yang terdapat banyak jarum didalamnya. Setiap orang tua pasti ingin anaknya berhasil.

Hal ini terbukti saat gue memilih ingin berkuliah dan rela melepas salah satu jurusan di universitas yang sama. Kenapa? Karena doa dan restu dari orang tua. Selain itu, gue juga bisa terus cari ilmu sekarang itu karena orang tua. Karena kerja keras orang tua juga. Gue percaya kalau doa orang tua itu amat sangat sakti daripada apapun.

sumber: negtari.wordpress.com
Sering gue lupa bahwa hadirnya orang tua itu cuma tempat kita minta duit aja. Kadang juga marah kalau keinginan gue engga diturutin. Tapi, gue lupa kalau orang tua itu tempatnya ridho dan anugerah dari tuhan. tanpa orang tua anak belum tentu bisa jadi apa-apa. Doa dari orang tua ibarat obat. Mujarab dalam hal apapun. Tapi orang tua juga sering jadi yang terlupakan dengan hal lain. Ya itu tadi, anak jaman sekarang cuma nganggep orang tua itu tempat minta duit aja tapi lupa kalau orang tua juga tempat minta doa.

Bukan bermaksud mengajari, tapi emang ini gue alamin selama ini. Masih engga percaya sama mujarabnya doa orang tua? Buktiin aja sendiri. Selamat berdoa, selamat bahagia, dan selamat sukses.




Sep 3, 2015

Jangan Protes

"pak Jokowi tolong fasilitas publik ditambah dong"

Kata-kata sejenis itu sering gue liat ataupun sering gue denger di kehidupan sekitar gue. Yang nuntut hal gini pun biasanya mereka yang ada di fase remaja menuju dewasa. Atau dari fase anak kecil menuju alay (re: alay). Kenapa di fase usia segitu? Karena fase ini fase dimana hiburan itu sangat penting untuk menunjang kehidupan. Selain itu, pencarian jati diri dan keingin tauan yang tinggi membuat mereka seperti itu. Kurang gaul kalau belum kaya temennya. Gitu. Kenapa mintanya fasilitas publik? Bukan fasilitas yang non publik. Karena fase ini fase yang selalu ingin terlihat. Terlihat keren dimata temen, sahabat, bahkan sama gebetan yang sampe taun ke taun gak pernah jadian. Iya, dengan berada di fasilitas publik akan merasa keren. Apalagi kalau orang disekitar itu belum pernah nyoba atau tau fasilitas publik yang ada.

Gue, semenjak merantau sering pergi gak jelas cari tempat-tempat baru didaerah perantauan gue. Bukan traveller, belum pantes kalau disebut traveller. Biasanya kan traveller itu hampir agenda rutin berkeliling. Walau cuma keliling kampung.

Semenjak merantau itu juga gue mulai sedikit demi sedikit peka akan lingkungan disekitar gue yang sering ataupun yang jarang gue datengin. Contoh di kos dan diluar kos. Semenjak merantau juga gue mulai bisa lepas dari zona nyaman yang semenjak kecil belum tentu kefikiran. Coba baca ini deh sebelumnya biar ngerti kenapa gue pengen merantau. Yap, pengalaman tujuan utama gue. Sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa masa muda adalah masa pencarian pengalaman terbaik. Gak percaya? buktiin sendiri tapi dengan sepenuh hati, bukan atas paksaan. Semenjak merantau itulah gue sering sedih ngeliat tempat-tempat baru yang gue kunjungi. Tempat itu bagus, tapi sayang kurang terawat. Entah pihak pengelolanya yang emang engga pernah memperbaiki atau emang pengunjungnya itu punya jiwa seni yang terlalu besar terutama dalam konteks melukis.

Gue sering banget semenjak di jogja ini berkunjung ke Taman Sari. Siapa yang gatau Taman Sari. Tempat pemandian ratu yang amat sangat terkenal baik di Jogja ataupun diluar Jogja. Kenapa terkenal? Karena ada kaitannya dengan keraton. Dulu, emang Taman Sari emang sering digunain buat ratunya raja di keraton Yogyakarta. Soal sejarah gue kurang paham. Gue cuma tau dan seneng kesini karena tempat ini (dulunya) pernah bersejarah, makanya sekarang dijadiin tempat wisata. Udah engga mungkin lagi ratu sama raja mandi berduaan di kolam besar.

Bukan sejarah yang pengen gue bahas. Gue mengambil satu contoh kecil karena banyak tempat bagus dan bersejarah ataupun tempat berlibur tapi kurang terawat atau kurang dirawat. Dan Taman Sari ini adalah salah satunya. Banyak banget seniman karbitan yang mencurahkan jiwa seninya di tembok-tembok yang ada di taman sari. Dari seni kata-kata sampai ke gambar absurd yang mungkin sama absurd nya kaya yang buat.

Gambar hati, siapa tau cinta mereka abadi













Seni menulis di dinding
Gambar diatas menunjukkan betapa gatelnya mereka kalau melihat tembok kosong dan bersih. Gatel kalau ke tempat baru itu tanpa meninggalkan jejak sepatah-dua patah kata disana. Gatel kalau engga ninggalin kenangan di tempat yang baru dikunjungi. Sangat disayangkan akibat ulah mereka yang gatel ini. Karena berkat mereka tempat ini penuh akan tulisan-tulisan. Dari curhat tentang cinta sampai curhat tentang binatang. Dari tentang sebuah nama sampai sekelompok nama. Gitu den. Sedikit titip salam aja buat mereka yang punya seni tinggi tapi mereka salah mencurahkannya, gini bunyi salamya:

"Kalau mau berlibur silahkan, tapi jangan tinggalkan jejak nakalmu disana"

Buat apa kalau kalian suka berkeliling di tempat yang indah sekalipun kalau cuma mau ngotorin tempat indah itu. Mending kamu masuk kamar, cuci kaki terus bobo manis. Mending jadi anak mama yang banyak ngabisin waktu dirumah daripada ngaku hobi jalan dan explore tapi cuma ngerusak. Mubazir.

Jangan protes kalau banyak fasilitas publik tapi engga sesuai sama yang diharapin kaya bersih, rapi, bahkan sampe wangi. Hargailah tempat barumu, seperti kamu menghargai keluarga barumu. Jangan lupa buang sampahmu di tempat yang telah disediakan. kalau engga ada tempat sampah bawa dulu, baru buang.

Jangan protes soal pemerintah yang katanya kurang memperhatikan fasilitas publik padahal kenyataannya berbeda. Jangan  protes, kalau tempat baru itu kurang nyaman karena ulahmu. Jangan Protes. Tinggalkan vandalisme. Tinggalkan budaya coret-coret sembarangan. Kalau mau berkarya, berkaryalah sesuka hatimu. Tapi pada tempatnya.