Oct 20, 2016

(Penting) kah Share Sesuatu Di Sosial Media?

Nas, kok elo gak ada di path?
Nas, kok elo gak temenan lagi sih sama gue di path?
Nas, kenapa elo delete pertemanan di path?

Jadi gini, Pertanyaan diatas beberapa hari belakangan ini sering gue dapatkan. Pertanyaan-pertanyaan yang sama dan intinya kenapa gue menghilang dari path. Udah hampir sebulan ini gue mulai menarik diri dari beberapa sosial media yang gue punya. Diawali dari Path yang gue punya. Gue memutuskan untuk berhenti bermain path karena beberapa hal. Dan beberapa hal itu yang buat mikir kenapa dulu gue terjerumus menggunakan path. But its okay, gue jadi tahu dan mengerti fungsi dari beberapa sosial media yang gue punya. Yaaa, gak katrok-katrok amat lah ya gue ini.
Source: prezi.com

Banyak yang bilang kalau gak punya sosial media jadi salah satu kemunduran. Maksudnya adalah kemunduran yang ada ditengah majunya teknologi sekarang ini. Bayangin aja, di dunia yang serba banjir informasi ini kita di tuntut untuk menjadi seorang manusia yang up to date. Iya, gue harus tau semua hal yang terbaru demi tidak mengalami sebuah kemunduran di era dunia informasi yang cepat ini.

Balik lagi ke persoalan diatas mengenai kenapa gue mulai menghilangkan path dari hidup gue. Path jadi salah satu sosial media yang membagi berbagai hal yang kita lakukan di pertemanan yang cukup terbatas. Kita bisa menyeleksi siapa saja yang berhak tau kita lagi apa, lagi dimana, bahkan lagi sama siapa. Iya, path jadi sosmed yang cukup terbatas. Gak semua orang bisa tau kita lagi apa, dimana, dan sama siapa. Beda kaya sosial media lainnya kaya instagram, facebook, atau twitter. Saat kita update sesuatu di path yang tau cuma orang-orang yang jadi temen aja. Iya, gitu.

Di path, gue mulai menyadari bahwa gak semua hal yang di update itu nyata. Kenapa? karena gue pernah buat status yang fake demi memenuhi hasrat untuk update sesuatu. Misal, gue update lagu lagu galau. Terus gue galau? Jawabannya belum tentu. karena bisa aja gue update untuk eksistensi semata dari viewers temen-temen path gue juga. Selain itu, path jadi sosial media paling privasi. Hampir mirip snapchat. Kita bisa tau apa yang di update sama orang lain terutama temen kita sendiri. Nah, buat gue itu mengganggu privasi. karena bisa aja orang berfikiran tidak baik saat kita check in di suatu tempat. Bakal ada omongan-omongan kurang baik saat kita di dunia nyata ternyata tidak sesuai dengan apa yang ada di dunia maya kita.
Source: maxmanroe.com

Gue menghilangkan path dari koleksi sosial media gue karena gue engga mau kalau hidup gue diikuti rasa suudzon yang berlebihan. Kaya gini;

iih, kok dia bisa jalan sama pacarnya sih. Padahal dia bilang ke gue lagi gak punya duit
atau
itu, dia lagi di tempat itu. Padahal dia bilang ada urusan penting.

Terusik gak kalau denger kata-kata itu? dan itu dialamin sendiri? Iya, gue pernah mengalami itu. Bener kalau kata-kata "Jangan liat orang dari update-an dunia mayanya. Karena itu gak sepenuhnya benar". Iya bener, bisa aja kan dia update di sebuah tempat karena suatu hal yang emang penting. Atau emang urusannya dilakuin di tempat tersebut. Kita gak pernah tau, karna kita gak ada di tempatnya langsung.

Selain itu, path juga jadi ajang share untuk pamer berbagai macam hal. Misal, saat gue lagi makan di tempat yang mungkin bagi sebagian orang adalah tempat yang cukup mewah. Atau gue update di salah satu tempat wisata yang mungkin bagi sebagian orang gue adalah orang kaya yang sering buang-buang duit karena sering jalan-jalan. Padahal, bisa aja gue check in di tempat wisata itu karena gue lagi kerja.


Makanya, gue mulai memikirkan untuk tidak men-share semua hal yang harus gue share di setiap sosial media yang gue punya. Gue juga butuh privasi untuk diri sendiri bahkan kehidupan pribadi. Gue mau pergi kemana aja itu urusan gue tanpa harus dihantui oleh mereka-mereka yang usil dengan kehidupan orang. Atau bisa aja update-an gue jadi salah paham bagi beberapa pihak yang kurang menyukai gue. Nah, mulai sekarang gue mengurangi konsumsi sosial media gue. Gue jad berfikir untuk kembali pada 5 tahun kebelakang, dimana sosial media bukan jadi prioritas utama orang lain untuk menilai sesama. 

Karena pada dasarnya, menilai orang lain tidak cukup hanya dari akun-akun sosial media yang dimilikinya. Namun, nilai lah sesuai dengan pendekatan diri yang dilakukan. Sehingga hidup kita tidak dipenuhi rasa suudzon yang berlebihan. Jadi, perlu kah share setiap momen hidup yang kamu lakukan di sosial media kamu? Hmm, fikirkan ulang. 

0 comment: